in

Gojek Klaim Bantu Eksistensi UMKM di Masa Pandemi

SEMARANG (jatengtoday.com) – Sebelum pandemi, mitra Gojek di Kota Semarang berkontribusi sebesar Rp 13,5 triliun. Jika menggunakan metode perhitungan pendapatan domestik regional bruto (PDRB), nilai produksi di ekosistem digital Gojek selama tahun 2019 mencapai Rp 13,1 triliun atau setara dengan 6 persen PDRB Kota Semarang

VP Regional Strategi Gojek Jabar, Jateng dan DIY, Becquini Akbar menjabarkan, lebih dari 90 persen mitra usaha Gojek merasa sangat terbantu dengan teknologi yang tersedia di dalam ekosistem Gojek untuk bertahan di masa pandemi.

“Kami percaya, kemudahan dan keamanan akses dalam proses aktivasi kian mendukung mitra UMKM untuk memulai usaha, beradaptasi dan mampu melebarkan sayap bisnisnya. Di aplikasi GoBiz terbaru, mitra UMKM bisa memanfaatkan fitur Daftar Mandiri untuk melakukan pendaftaran, mengecek status verifikasi, dan aktivasi akun secara mandiri,” terangnya dalam virtual konferensi pers ‘Ekosistem Gojek Dukung Ketahanan Ekonomi Semarang Melalui Kontribusi yang Berkelanjutan’, Rabu (30/9/2020).

Selain teknologi, Gojek turut memberikan dukungan non-teknologi untuk membantu ketahanan UMKM di masa pandemi. “Sebagai perusahaan teknologi Gojek juga memberikan dukungan non-teknologi, seperti mendorong peningkatan permintaan dari konsumen melalui periode promo dan pelatihan para UMKM GoFood melalui Komunitas Partner GoFood (KOMPAG),” terangnya.

Pemaparan yang disampaikan itu sejalan dengan temuan utama dari riset terbaru Peneliti Lembaga Demografi (LD) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Alfindra Primaldhi. Dia menambahkan, pihaknya telah melakukan riset.

Riset yang dilakukan menunjukkan peran ekosistem ekonomi digital dalam membantu UMKM, khususnya usaha mikro, untuk bertahan di masa pandemi. Kondisi pandemi ini menguji ketahanan, dan kemampuan adaptasi para pelaku usaha di masa krisis. Salah satu adaptasi itu adalah mengubah usaha tradisional menjadi usaha digital.

“Tampak juga bahwa para pelaku usaha cukup realistis melihat dampak panjang dari pandemi, tapi mereka juga tetap optimis bahwa dengan berada dalam suatu ekosistem digital, usaha mereka dapat tetap tumbuh kedepannya, dan penghasilan mereka kembali seperti sebelum pandemi,” paparnya.

Riset LD menunjukkan bagaimana GoFood menjadi penyangga ekonomi di Kota Semarang bagi mereka yang penghasilannya terdampak pandemi terutama pekerja swasta dan profesional. Riset menemukan 44 persen Mitra GoFood yang disurvei baru bergabung saat pandemi Covid-19 atau Maret 2020. Di antara mitra tersebut, 93 persen adalah pengusaha skala mikro. Lebih lanjut lagi, 44 persen di antara mereka merupakan pengusaha yang pertama kali mulai berbisnis.

Riset LD juga menemukan bahwa mayoritas mitra UMKM menganggap mereka mampu beradaptasi di situasi pandemi karena berada di ekosistem Gojek. UMKM yang merasa mampu beradaptasi selama pandemi dengan menjadi mitra adalah 90 persen mitra UMKM GoFood, 96,7 persen mitra UMKM social seller pengguna GoSend, dan 91,8 persen mitra UMKM GoPay.

Hal ini dikarenakan, mitra menganggap solusi teknologi dan non teknologi dari Gojek membantu keberlangsungan usaha mereka. Mitra UMKM GoFood merasakan manfaat dari fitur teknologi pengaturan promosi mandiri (69 persen) dan komunitas partner GoFood (35 persen).

Pengamat Ekonomi Semarang, Nila Tristiarini menyampaikan, ekosistem Gojek mampu membantu perluasan jenis produk, mempermudah transaksi secara contactless baik menggunakan aplikasi Gojek maupun membayar dengan menggunakan Gopay.

“Serta memperluas pasar dengan GoSend yang saat ini mampu menjangkau antar kota di Pulau Jawa, dan saya sangat mengapresiasi dukungan teknologi yang dimiliki Gojek untuk UMKM di Kota Semarang,” terangnya. (*)

 

editor: ricky fitriyanto