“Sebagai anak muda yang lahir di Kota Lunpia, sudah seharusnya mengeksplor daerahnya, baik dari segi wisata, budaya, maupun kulinernya,”
SEMARANG (jatengtoday.com) – Generasi muda peranakan Tionghoa Semarang berkomitmen mengembangkan kota. Sebagai anak muda yang lahir di Kota Lunpia, sudah seharusnya mengeksplor daerahnya, baik dari segi wisata, budaya, maupun kulinernya.
Hal itu disampaikan dalam acara Talkshow di Pasar Imlek Semawis Semarang, Minggu (3/2/2019). Beberapa anak muda dari berbagai latar belakang didapuk menjadi narasumber dalam acara itu.
Travel dan Fashion Blogger Agnes Yi menuturkan, generasi muda harus mencintai Indonesia, dan khususnya Kota Semarang sebagai tanah kelahiran. Ada banyak caranya, seperti mengeksplorasi kekayaan yang ada di dalamnya, termasuk produk-produknya.
Agnes berkeinginan mengangkat Kota Semarang karena selama ini ada banyak yang belum terekspos. “Saya ingin mengangkat Semarang dan travelnya. Termasuk ngulik Pasar Semawis ini. Pengennye mengangkat Semarang dulu, terutama wisata-wisatanya dan kulinernya,” ucapnya.
Narasumber lain, Mei Banawi selaku Pegiat Tourism dan Komunitas Lari Fakerunners menambahkan, dirinya mempunyai prinsip bahwa hidup jangan asal hidup. Jadi, katanya, dengan apa yang kita punya, harus hidup sebagai seseorang yang punya dampak positif bagi lingkungan sekitar.
“Jangan cuma bilang kekurangan, kalau nggak punya uang, kan masih punya tenaga,” ujarnya.
Sedangkan seniman muda Edo Leonard berkeinginan mengembangkan Kota Semarang dengan cara mengoptimalkan generasi mudanya untuk lebih banyak berkarya. Apalagi, katanya, fasilitas publik di kota ini sudah mendukung.
“Di Semarang ada banyak fasilitas publik yang perlu untuk dioptimalkan, seperti panggung pertunjukan di Taman Indonesia Kaya, yang terbaru ada di Jalan Pierre Tendean. Harapannya nanti bisa ngumpulin temen-temen yang busa support,” tuturnya.
Sebagai Event Stylist & Art Director, Edo mengaku kerap ditawari rekan-rekannya untuk mempromosikan kesenian khas peranakan Tionghoa dari Semarang. “Pas di Kupang ditawari untuk menampilkan kesenian tentang teater peranakan ke Singapura. Sampai sekarang itu belum terwujud,” tegasnya.
Adapun anggota TNI muda Stephanus Alvin S. berpesan, sebagai peranakan Tionghoa yang lahir di Indonesia, jangan sampai merasa krisis identitas. “Marilah kita tidak sekadar numpang lahir di Indonesia, tapi marilah kita mencintai negeri di mana kita lahir,” tegasnya. (*)
editor : ricky fitriyanto