SEMARANG (jatengtoday.com) – Ribuan orang tampak asyik menikmati suasana Sabtu (2/2/2019) malam, hari kedua Pasar Imlek Semawis digelar di sepanjang Jalan Wot Gandul Timur, Pecinan, Kota Semarang.
Pasar rakyat itu memang menjadi acara rutin tahunan dalam menyambut perayaan Imlek di Semarang. Tidak hanya diperuntukkan bagi warga Tionghoa, tetapi seluruh warga dari berbagai lapisan masyarakat turut meramaikan pasar tersebut.
![](https://jatengtoday.com/wp-content/uploads/2019/02/IMG_6512.jpg)
Banyak warga penasaran untuk sekadar “jeng-jeng” bersama orang tercinta di Pasar Imlek Semawis yang dikenal menjadi surganya kuliner Kota Semarang itu. Sebab, beraneka ragam kuliner khas tradisional perpaduan budaya Tiongkok-Jawa, dan aneka kuliner modern menjadi daya tarik yang memikat.
Mulai dari wedang tahu, tahu aci, nasi bakar tulang ayam, pia pia Semarang, lumpia, jamu jun bubur sumsum, lontong opor, cumi bakar, hingga sensasi daging babi bakar. Berbagai kue khas seperti moho, kue keranjang atau apem, kue lapis, wajik, bakpao dan lain-lain, juga menjadi sajian unik.
Tidak hanya kuliner, berbagi seni tradisional yang merupakan akulturasi kebudayaan Tiongkok-Jawa, seperti pertunjukan wayang Potehi, wayang kulit Jawa, dan atraksi barongsai naga merah pun menambah kemeriahan.
Tak kalah mencuri perhatian pengunjung adalah jasa ramalan kartu Tarot Tiongkok yang dipercaya bisa memprediksi nasib seseorang di masa depan. Selain itu, jasa pijat saraf juga menjadi sajian unik yang diminati pengunjung.
“Pasar Imlek Semawis ini sangat unik. Saya setiap tahun selalu ke sini karena memang banyak hal menarik,” kata salah satu pengunjung, Meiliana Suryani (25), warga Tlogosari Semarang yang berkunjung bersama saudaranya.
Menurut dia, Pasar Semawis menjadi tradisi khas di Semarang karena menyuguhkan berbagai kuliner khas perpaduan budaya Jawa-Tiongkok. “Kalau mencari kuliner modern kan mudah. Sedangkan menu kuliner tradisional seperti ini sulit ditemukan di hari biasa,” katanya.
Ia paling suka membeli jamu tradisional yang dikenal dengan sebutan “Jamu Jun”. Racikan Jamu Jun, kata dia, tidak ada duanya. Sebab, jamu tersebut menggunakan bahan herbal aneka rempah yang diolah secara alami.
“Ada santan, pandan, garam, gula merah, gula putih, jahe, merica, dan lain-lain. Menurut penjualnya, ada 18 jenis rempah diolah menjadi Jamu Jun. Rasanya pas dilidah, manis, pedas, asin, menyatu menjadi gurih. Di tubuh langsung terasa hangat,” ungkapnya.
Begitupun pengunjung lain, Alin, mengaku suka mencicipi menu kuliner di Pasar Imlek Semawis. Masakan pantura kombinasi Jawa-Tiongkok memang memiliki rasa yang khas. “Hampir rata-rata kulinernya menggunakan ciri khas rempah-rempah. Saya penasaran sama Wedang Tahu,” katanya.
Namun demikian, Alin mengaku perlu berhati-hati dalam memilih kuliner di Pasar Imlek Semawis. Terutama bagi pengunjung yang muslim. “Memang, di Pasar Semawis ada kuliner yang tidak boleh disentuh oleh warga muslim,” katanya.
Kuliner yang dimaksud Alin adalah masakan daging babi panggang yang paling digemari warga Tionghoa banyak dijual di Pasar Semawis tersebut. “Ya, memang perlu hati-hati. Kan ada tulisannya,” katanya.
Sementara Andre, mengaku penasaran ingin meramal tanggal lahirnya melalui jasa ramalan kuno untuk membaca nasib menggunakan Tarot Card Tiongkok. “Hehe, penasaran aja sih. Katanya, saya besok berbakat jadi pengusaha,” katanya sembari tertawa.
Sementara itu, Ketua Komunitas Pecinan Semarang untuk Pariwisata (Kopi Semawis), Harjanto Halim, mengatakan Pasar Semawis menjadi tradisi rutin tahunan bagi warga Semarang. Melalui Pasar Imlek Semawis, semua lapisan masyarakat membaur menjadi satu dalam suasan rukun, damai, dan harmonis.
“Sejak dahulu kala, warga Tionghoa bersama masyarakat Semarang telah membaur menjadi satu. Dulu saat terjadi kerusuhan antar etnis di berbagai wilayah di Indonesia, Semarang merupakan kota yang paling kondusif. Karena warganya selalu menjaga kerukunan bersama-sama,” katanya. Pasar Imlek Semawis ini digelar selama tiga hari, mulai Jumat (1/2) hingga Minggu (3/2/2019). (*)
editor : ricky fitriyanto