SEMARANG (jatengtoday.com) – DR. dr Budi Laksono hingga Rabu (22/8/2018), masih berjibaku melakukan penanganan darurat di pengungsian korban gempa di Dusun Jugil Barat, Desa Sambik Bangkol, Kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok Utara.
Dia berbekal dana saweran media sosial, serta sejumlah donatur Indopower, Forum Desa Mandiri Tanpa Korupsi (DMTK), IKA Undip, Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Perhimpunan Dokter Umum Indonesia (PDUI), Alumni SMA Negeri 3 Semarang (ALSTE), dan lain-lain,
“Alhamdulillah berjalan lancar, sehat, selamat walau gempa masih sering mengancam,” kata Budi Laksono, berkomunikasi dengan jatengtoday.com.
Dari saweran tersebut, terkumpul dana kurang lebih Rp 100 juta. Dana tersebut digunakan untuk mewujudkan penanganan darurat diantaranya Small Independent Mobile Emergency Health Service (SIMEHS), pembuatan Rumah AB6, Disposal Amphibian Latrine/toilet umum, water supply sistem, Anti Bacteri Filter Water Pot, steril drinking water station dengan kapasitas 7500 liter per-hari, dan Tsunami Capsul Model A2.
Selain itu juga menggelar workshop and seminar management disaster bagi pemuda, workshop dan entrepreunership bagi ibu-ibu, trauma healing, masjid darurat, dan kurban sapi.
Jumat 10 Agustus 2018 tiba di Lombok. Kemudian Sabtu, 11 Agustus 2018, langsung lapor ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan menginap di tenda di daerah Mataram. “Kami juga mempresentasikan apa yang akan kami lakukan kepada Kepala PURP NTB, setelah Tuan Guru Bajang merekomendasikan untuk diterima,” katanya.
Pembuatan rumah darurat jenis AB6 dan disposal amphibian toilet serta suplai air sehat menjadi program emergency pertama. “Alhamdulillah, kami sampai di Dusun Jugil Barat, Desa Sambik Bangkol, Kecamatan Gangga, diterima dengan baik. Kami langsung membuka tenda bermalam, sholat maghrib bersama. Kami dikenalkan dan diterima masyarakat setempat,” katanya.
Untuk Small Independent Mobile Emergency Helath Services dibentuk tim kecil. “Karena keterbatasan dana, maka kami kirim 1 orang saja yang independen. Mandiri dengan membawa obat sendiri, makanan dan tenda sendiri. Sehingga bisa melayani di manapun. Mobile, yaitu bisa bergerak ke manapun dalam pelayanan Emergency Kesehatan,” katanya.
Ia langsung bergerak membangun sampel rumah dengan melibatkan masyarakat secara gotong royong. Material tidak tersedia daerah tersebut, sehingga harus membeli dari Kota Mataram kurang lebih berjarak 54 km dari lokasi. “Urunan saweran sosial media untuk membangun 20 rumah AB6. Rumah AB6 adalah rumah yang dibangun dalam waktu enam jam oleh enam pengungsi dengan dana Rp 6 jutaan,” katanya.
Masyarakat juga sepakat membantu membangun rumah dengan kerja bakti. 20 rumah tersebut terkendala material kayu, sehingga sebagian dinding memakai plastik. Tetapi ini justru memberi hikmah karena terjadi penghematan dan pembangunan rumah berkembang dari 20 menjadi 44 unit di camp 1.
“Bahkan bergeser ke camp 2 yang terbangun 32 rumah. Saat ini, totalnya 76 rumah. Model penggunaan dana berbasis at cost, sehingga bisa berkembang sesuai dengan keadaan lapangan,” katanya.
Selain rumah AB6 modifikasi, terbangun toilet umum untuk camp, yakni meliputi WC putra 2 buah sebanyak 5 kamar, WC putri 2 buah sebanyak 5 kamar dan WC petugas orang tua 2 kamar. Sedangkan supply water dilakukan dengan sistem perpipaan dan dari air sumur ditarik pompa menggunakan genset bantuan dari ITS Surabaya. “Sedangkan untuk perpipaan menggunakan dana kami. Saat ini telah terbangun steril water drinking station dengan kapasitas 7500 liter per hari,” katanya.
Selain itu, juga terkirim 15 water pot, sistem penyaring air minum keluarga dari keramik yang menyaring air bersih menjadi air minum untuk keluarga. “Dalam pengembangan ekonomi, potensi desa adalah biji mete. Pembuatan abon mete menjadi sasaran utama yang belum digali untuk dikembangkan,” katanya.
Tidak hanya itu, juga ada pembuatan Tsunami Capsul model BP, adalah modifikasi tanki air 2200 yang didesain untuk mengantisipasi penyelamatan darurat apabila terjadi tsunami. Terutama untuk menyelamatkan warga yang tinggal di sekitar pantai. (*)
editor : ricky fitriyanto