SEMARANG (jatengtoday.com) – Gempa Bumi beruntun yang mengguncang Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) menjadi deretan sejarah kelam yang mengundang keprihatinan mendalam.
Tim emergency yang berjumlah sembilan ahli medis Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) KRMT Wongsonegoro (RSWN) Kota Semarang dikirim ke wilayah rawan gempa tersebut untuk membantu penanganan kegawatdaruratan yang dialami ribuan warga korban gempa.
“Sembilan orang itu terdiri atas satu orang dokter bedah, tiga orang dokter umum, satu orang apoteker dan empat perawat,” kata Direktur RSUD KRMT Wongsonegoro Kota Semarang Susi Herawati, Kamis (23/8/2018).
Dikatakannya, tim emergency tersebut dikirim untuk membantu meringankan beban korban gempa di Lombok. Selama dua pekan terakhir, mereka dirundung kekhawatiran akibat gempa beruntun. Ribuan rumah roboh, perkakas rumah tangga rusak, hingga harus tinggal di tenda pengungsian.
Minimnya fasilitas yang ada membuat mereka mudah terserang penyakit. Hal itu diperlukan bantuan darurat untuk penanganan kesehatan secara langsung. “Setidaknya ikut membantu melakukan penanganan agar bisa meringankan beban korban bencana di Lombok,” katanya.
Tim tersebut, lanjut Susi, diberangkatkan dari Kantor Balai Kota Semarang Jalan Pemuda Semarang, Kamis (23/8/2018). Mereka dilepas Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi. Tim akan terjun langsung di wilayah yang terdampak gempa di Lombok selama lima hari ke depan.
“Tetapi bila diperlukan, kami akan berangkatkan tim selanjutnya,” ungkapnya.
Sebelumnya, warga Kota Semarang yang telah berjibaku membantu korban gempa di Lombok adalah DR. dr Budi Laksono. Ia dengan membawa dana bantuan Rp 100 juta hasil saweran di media sosial mampu membangun sekurang-kurangnya 76 rumah darurat untuk korban. Itu masih tahap awal. Program mereka masih berlanjut.
Pembuatan rumah darurat tersebut diantaranya dilakukan di pengungsian korban gempa di Dusun Jugil Barat, Desa Sambik Bangkol, Kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok Utara.
Tidak hanya itu, selain pembuatan Rumah AB6, dr Budi bersama timnya juga melakukan penanganan darurat seperti Small Independent Mobile Emergency Health Service (SIMEHS), Disposal Amphibian Latrine/toilet umum, water supply sistem, Anti Bacteri Filter Water Pot, steril drinking water station dengan kapasitas 7500 liter per-hari, Tsunami Capsul Model A2.
Selain itu juga menggelar workshop and seminar management disaster bagi pemuda, workshop dan entrepreunership bagi ibu-ibu, trauma healing, masjid darurat, dan kurban sapi. (*)
editor : ricky fitriyanto