in ,

FSST Jateng Pacu Eksistensi Seniman Tari di Masa Pandemi

SEMARANG (jatengtoday.com) – Forum Silaturahmi Sanggar Tari (FSST) Jateng terus memacu eksistensi para seninam tari selama pandemi. Pasalnya, sejak pandemi melanda 2020 lalu, pertunjukan tari masih sangat dibatasi. Dikhawatirkan, selain tidak ada job manggung, kreativitas seniman tari ikut tumpul.

Ketua FSST Jawa Tengah, Yoyok Bambang Priyambodo, mengatakan kemampuan penari harus tetap diasah bagaimanapun situasinya.

Baca juga: Meriahkan Hari Tari Sedunia, Sanggar Greget Semarang Suguhkan Sesaji Baruna

“Sebagai penari perlu terus mengasah kemampuan. Meski situasi pandemi seperti ini,” ucapnya, Sabtu (5/6/2021).

Karena itu, pihaknya menggelar workshop di Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT) Surakarta, bersama Disporapar Jateng untuk membantu eksistensi para seniman tari.

Yoyok menambahkan para penari yang mengikuti workshop Koreografi dan Tari Dwi Putri, di TBJT tersebut memiliki kesempatan untuk saling bersilaturahmi dan belajar. Menurutnya, selama lebih kurang setahun lebih, nasib seniman tradisional terutama seniman tari sangat terpuruk dengan situasi pandemi Covid-19.

“Maka lewat workshop ini, kita silaturahmi, kita berdialog dan mencari solusi bersama, bagaimana sanggar tari, khususnya yang tradisi masih bisa eksis dan terus berkarya,” tandasnya.

Baca juga: Tanto Mendut Bakal Kemas Cerita Relief di Candi Borobudur Jadi Tarian

Sementara itu, Kepala Disporapar Jateng, Sinoeng Nugroho Rachmadi, menuturkan, kondisi pandemi bukan menjadi alasan seniman tari untuk tidak berkreasi.

Menurutnya, ke depan dapat diwacanakan adanya sertifikasi. Mengingat tidak semua seniman, seniwati dan budayawan maupun penggiat seni di gebyah uyah stratanya.

“Sayang hingga saat ini belum ada lembaga yang berhak memberikan sertifikasi tersebut. Karena belum ada, maka hal ini yang menjadi bagian dari usulan kepada pemerintah. Mengingat konsepsi berkebudayaan dan berkesenian, menurut pandangan saya negara harus hadir. Dalam bentuk memfasilitasi, dan mendorong para seniman,” terangnya.

Dalam workshop tersebut para peserta diampu oleh Hadawiyah Endah Utami, Yoyok Bambang Priyambodo, dan Eko Supriyanto. (*)

editor : tri wuryono