SEMARANG (jatengtoday.com) – Pengunjung Kota Lama Semarang merasa kecewa karena sejumlah batu andesit yang belum lama dipasang di trotoar sudah mulai lepas. Padahal, proyek revitalisasi di kawasan tersebut dibiayai hingga Rp 200 miliar.
Pantauan di lapangan, ada beberapa badan jalan dan trotoar yang sudah mulai mengalami kerusakan. Paving di badan jalan yang belum lama dipasang, kini sudah mulai bergelombang. Bahkan tak sedikit yang berserakan.
Kondisi tersebut bisa terlihat jelas di beberapa titik di sepanjang Jalan Letjen Suprapto yang membentang dari kawasan Gereja Blenduk sampai Jembatan Berok. Kondisi terparah ada di pertigaan antara Jalan Letjen Suprapto dan Jalan Branjangan, dekat Galeri UMKM Kota Lama.
Kerusakan tersebut sangat mencolok, terlebih karena menjadi akses jalan utama bagi pengunjung Kota Lama. Tak heran jika banyak yang mengeluhkan kondisi tersebut.
Wisatawan Kota Lama, Resti Muliasari (23) mengaku kecewa dengan adanya kerusakan yang sudah terjadi. Apalagi setelah dia tahu bahwa dana yang dikucurkan untuk proyek revitalisasi mencapai ratusan miliar.
“Kecewa ya, seharusnya kan masih bagus wong baru dibangun kemarin. Apalagi dananya segitu, harusnya bagus lah,” ujarnya, Kamis (24/1/2019).
Kekecewaan juga diungkapkan Setya Adhy Wicaksana (28). Adhy mengaku dirinya menaruh harapan besar terhadap program revitalisasi dari pemerintah ini karena dapat mempercantik kawasan Kota Lama.
Tukang becak Kota Lama, Muhadi (45) menerka, kerusakan pada batu andesit yang baru dibangun tersebut disebabkan bahan material yang kurang bagus. Pasalnya, pasir yang dijadikan tumpuan untuk batu andesit tergolong jelek.
“Itu kayaknya pasir yang buat bantaran paving jelek, makanya gampang rusak setelah kena hujan dan dilewati kendaraan,” imbuhnya.
Selain itu, Muhadi juga menduga bahwa proses pengerjaannya memang tidak maksimal. Sebelumnya, paving sempat dibongkar dan diganti dengan batu andesit karena ada perubahan desain. Pada saat pemasangan kedua itulah, kata Muhadi, pengerjaannya amburadul.
“Itu masangnya kurang pasek, makannya goyang-goyang. Wajar kalau gampanh rusak,” pungkasnya. (*)
editor : ricky fitriyanto