in

Cat Mulai Pudar, 3 Ikon Baru Dibangun di Kampung Pelangi

SEMARANG (jatengtoday.com) – Sejak diresmikan pertengahan 2017 lalu, kini rumah-rumah di Kampung Pelangi sudah mulai kusam. Cat warna-warni yang menjadi ciri khasnya mulai memudar. Pemerintah berupaya mengantisipasinya dengan membangun ikon-ikon baru.

Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kampung Pelangi, Slamet Widodo mengatakan, Pemkot Semarang sedang berupaya meningkatkan potensi wisata yang berada di tengah kota ini. “Saat ini pemerintah sedang membangun ikon baru Kampung Pelangi,” ujarnya.

Sejumlah wisatawan asing berkunjung ke Kampung Pelangi. baihaqi annizar/jatengtoday.com.

Proyek yang ditargetkan selesai pada akhir 2018 ini fokus membangun tiga ikon. Pertama pembangunan jembatan. Sebanyak 7 jembatan yang menghubungkan Pasar Kembang Kalisari dengan Kampung Pelangi itu diperlebar untuk mendukung infrastruktur area wisata.

Selain itu, pemerintah juga membangun ikon utama berupa papan nama bertuliskan “Kampoeng Pelangi”. Ikon tersebut dibangun di bagian paling atas dari kampung yang berada di Kelurahan Randusari, Kota Semarang itu.

Ikon baru ketiga yang sedang dibangun adalah pembuatan gardu pandang. Gardu pandang tersebut dibangun pada titik yang paling strategis dari Kampung Pelangi, tepatnya berada di bawah ikon papan nama.

Menurut Ndan Slawi, sapaan akrab Slamet Widodo, pembangunan tersebut sangat membantu peningkatan potensi wisata Kampung Pelangi. Terlebih saat ini jumlah pengunjung dan semangat warganya mulai berkurang.

“Ya tetap ramai sih, tiap hari pasti masih ada yang berkunjung, apalagi kalau hari libur. Lumayan banyak. Hari ini juga ada turis asing dua bus. Tapi tetap tidak seramai dulu. Karena dulu bahkan sempat sulit untuk mencari lahan parkir,” bebernya.

Tugas besar Pokdarwis sekarang, kata Ndan Slawi adalah mempertahankan kecantikan Kampung Pelangi. Sebab, perawatan objek wisata baru di Semarang ini membutuhkan dana yang tidak sedikit. Utamanya untuk pengecatan ulang. Karena cat tidak bisa bertahan lama, apalagi di luar ruangan. Maka sekarang sudah kelihatan pudar.

Sayangnya, pemerintah tidak mengalokasikan dana untuk hal tersebut. Kini, Pokdarwis selain sedang berusaha mencari dana sendiri juga berharap agar ke depan bisa dianggarkan. (*)

editor : ricky fitriyanto