in

BUMD Tak Produktif karena Diisi ‘Wonge Dewe’

SEMARANG (jatengtoday.com) – Kepala Biro Perekonomian Setda Provinsi Jateng, Budiyanto Eko Purwono menjelaskan, pada 2017 lalu, 10 BUMD Jateng hanya menghasilkan Rp 459,040 miliar. Paling banyak dari Bank Jateng yang mengambil porsi hingga 50 persen. Disusul BPR BKK yang menyumbang Rp 20,8 miliar.

“Kami akui, masukan dari BUMD masih rendah. Selama ini, Pak Gubernur selalu meminta untuk menguatkan kreativitas dan inovasi untuk meningkatkan PAD dari BUMD,” jelasnya saat menjadi narasumber dialog bertema ‘PAD Non Pajak’ di Harris Hotel Sentraland Semarang, Senin (8/10/2018).

Dijelaskan, ada banyak faktor yang memengaruhi BUMD sulit berkembang. Salah satunya faktor sumber daya manusia (SDM). Selama ini, pola rekrutmen personel di BUMD masih menggunakan cara lama yang berbau nepotisme.

“Pegawainya (di BUMN) ‘wonge dewe’. Ini sangat memengaruhi kualitas dan produktivitas. Tapi beberapa tahun terakhir ini, kami mulai lebih selektif. Kalau ada perekrutan, harus sesuai prosedur yang objektif,” bebernya.

Meski begitu, dia masih mengakui, cara baru itu belum benar-benar objektif. Masih ada unsur nepotismenya meski hanya sedikit. “Misalnya ada sejumlah calon yang punya nilai sama saat dites. Yang diangkat, tetap orang yang dikenal orang dalam. Mestinya perekrutannya harus sehat,” terangnya.

Pengamat ekonomi dari Fakultas Ekonomi dan Budaya (FEB) Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus), Hardiwinoto menjelaskan, direksi BUMD harus punya jiwa pengusaha. Dengan begitu, pengelolaan BUMD bisa lebih profesional. Sebab selama ini, setiap tahun, selain memberikan PAD, BUMD juga meminta suntikan modal dari pemprov untuk mengembangkan usaha.

“Ini yang menjadi alasan kenapa BUMD harus punya jiwa pengusaha. Tidak hanya menjual jasa saja, tapi benar-benar bisnis ekonomi,” terangnya.

Sementara itu, anggota Komisi C DPRD Jateng, Muhammad Rodhi menambahkan, Pemprov Jateng masih terlalu mengandalkan PAD dari sektor pajak kendaraan bermotor (PKB) saja. Padahal, banyak sumber PAD lain yang bisa dioptimalkan. Seperti aset berupa tanah dan bangunan yang tersebar di Jateng.

“Ada banyak aset yang mangkrak. Padahal itu bisa dioptimalman. Jangan hanya mengandalkan dari PKB. Tunggakan PKB juga masih tinggi,” tuturnya. (*)

editor : ricky fitriyanto

Ajie MH.