SEMARANG (jatengtoday.com) – Kanwil BPN Jateng menggandeng Undip Semarang untuk menggenjot PTSL. Salah satunya melakulan kajian dalam kerentanan sosial yang terjadi di masyarakat saat PTSL.
Kepala Kanwil BPN Jateng, Dwi Purnama menyampaikan PTSL PHLN (Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri) di Jateng mendapatkan target 370 ribu bidang dari Bank Dunia. Jumlah itu tersebar di lima kabupaten.
Untuk tahun 2023 nanti, diindikasikan target PTSL di Jateng menjadi dua kali lipatnya atau sekitar 670 ribu bidang di 11 kabupaten.
“Kerjasama ini adalah tindak lanjut dari MoU antara kementerian ATR BPN dengan Undip, ditindaklanjuti dengan perjanjian kerjasama. Kita gandeng Fakultas Teknik Undip dalam rangka berikan kajian sosialnya,” ujar Dwi Purnama usai penandatanganan perjanjian kerjasama yang dilakukan di Kantor BPN Jateng, Senin (8/8/2022).
Hadir pada kegiatan tersebut adalah Dekan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang, Prof Agung Wibowo.
Dwi Purnama menuturkan, wujud kerawanan sosial di Jateng memang tidak seperti di luar Jawa yang banyak memiliki tanah ulayat.
Tapi lebih pada wilayah yang berbatasan dengan kawasan hutan, kawasan pinggiran maupun daerah aliran sungai.
Menurutnya, PTSL tentu tidak harus sampai ke tahap sertifikasi tapi bisa sampai pemetaan. Karena dalam prosesnya ada tiga pilar, yakni subjek, objek dan hubungan hukum.
“Saat ini PTSL baru mencari subjek dan objek. Nanti tugas yuridis sampai sertifikasi harus nyambung di dua hal ini. Maka saya berpesan, output yang akan diperoleh dari kajian kerentanan itu seperti apa. Apakah ada kendala atau bagaimana?” lanjutnya.
Sementara itu Dekan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang, Prof Agung Wibowo mengatakan keikutsertaan kampus dalam program tersebut adalah bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni proses belajar mengajar, penelitian dan pengabdian pada masyarakat.
Karena itu, mahasiswa didorong melakukan pemagangan sesuai dengan kompetensi sehingga akan mengetahui kondisi riil di masyarakat.
Terlebih lagi salah satu indikator penilaian adalah bagaimana dosen dan mahasiswa bisa melakukan mitra kerjasama dengan dunia industri.
“Dengan program ini maka mahasiswa bisa mencapai kompetensinya dan Perguruan Tinggi mendekatkan mereka ke masyarakat dan industri,” harapnya. (*)