in

Awas, Ada Ribuan Titik Potensi Banjir dan Longsor di Jateng

“Bila ada bencana jangan sampai itu ada bendera partai. Kalau sekedar membantu silahkan, tapi bencana jangan sebagai ajang berpolitik,”

SEMARANG (jatengtoday.com) – Ribuan titik potensi banjir dan longsor, diidentifikasi tersebar di seluruh penjuru Jateng. Antara lain terdapat 1.864 desa di 336 kecamatan berpotensi banjir, kemudian 2.134 desa dari 344 kecamatan berpotensi terjadi tanah longsor.

Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jateng, Sarwa Permana menjelaskan, tanah longsor dan genangan banjir, akan sering terjadi. Terutama di puncak musim penghujan, Januari-Februari 2019 mendatang. Bahkan curah hujan diprediksi tembus 300-400 ml.

“Potensi banjir terjadi di wilayah Pantai Utara dari Brebes hingga Rembang, kemudian Pantai Selatan juga berpotensi banjir antara lain Cilacap, Kebumen dan Purworejo,” ujarnya, Kamis (6/12/2018).

Dijelaskan, penyebab terjadinya banjir selain cuaca ekstrim karena perilaku manusianya, yaitu membuang sampah tidak pada tempatnya.

“Ini di Jateng yang berat di sepanjang sungai Bengawan Solo dan Pemali Juwana. Sering tanggul jebol, harus diwaspadai karena banyak sampah yang menyumbat,” tegasnya.

Sedangkan daerah yang berpotensi terjadi bencana tanah lonsor berada wilayah pegunungan, dan paling besar berpotensi di wilayah Kabupaten Banjarnegara, dan Banyumas.

“Kami sudah pasang 60 alat early warning system, untuk antisipasi tanah bergerak atau longsor,” ujarnya.

Sarwa juga mengungkapkan, terdapat beberapa daerah yang sudah mulai terjadi bencana akibat hujan yang turun sejak November lalu.

“November lalu Grobogan banjir 60 cm, dan masuk rumah, kemudian Banjarnegara dan Brebes sudah ada tanah bergerak, kalau Kudus sudah ada tanggul yang mulai bocor,” ungkapnya.

Karena tahun politik, pihaknya mengimbau kepada partai politik, untuk tidak memasang bendera partai dilokasi bencana.

“Bila ada bencana jangan sampai itu ada bendera partai. Kalau sekedar membantu silahkan, tapi bencana jangan sebagai ajang berpolitik,” tandasnya. (*)

editor : ricky fitriyanto