SEMARANG (jatengtoday.com) – Rencana penggunaan water bombing untuk memadamkan api di Gunung Sumbing, dibatalkan. Selain butuh biaya tinggi, faktor alam juga menjadi kendala.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jateng, Sudaryanto menjelaskan, dilihat dari kondisi alam, penggunaan water boming bisa merepotkan mengingat terdapat 30 daerah di Jateng yang mengalami kekeringan berkepanjangan.
“Hasil rapat di Tegal, diputuskan penggunaan water bombing kita tunda. Kepala BNPB mengimbau penggunaan alat itu harus melihat lokasinya terlebih dahulu. Saat ini, relawan masih bisa memadamkan api memakai alat manual,” jelasnya, Selasa (24/9/2019).
Selain itu, penggunaan alat water boming menelan biaya tinggi. Sekitar Rp 500 juta. Itu belum termasuk biaya operasional yang mencapai Rp 200 juta.
“Itu tidak bisa karena juga sebagian besar alat water bombing masih dikerahkan untuk memadamkan kebakaran hutan dan lahan di Sumatera dan Kalimantan,” bebernya.
Sudaryanto menyatakan untuk saat ini opsi paling rasional adalah memetakan titik sebaran kebakaran menggunakan pesawat tanpa awak (drone).
“Kami juga melihat ketersediaan air di sekitar lereng gunung. Ada airnya atau tidak. Yang ketiga hembusan anginnya sangat besar,” terangnya.
BPBD telah meminta kepada pemerintah untuk melakukan pengadaan beberapa drone yang mampu menjangkau pemantauan sejauh 7 kilometer sehingga nantinya mampu mendeteksi titik api dengan maksimal. (*)
editor : ricky fitriyanto