in

Terapi Plasma Konvalesen, Selain Obati Pasien Covid-19 juga SARS dan MERS

SEMARANG (jatengtoday.com) – Beberapa rumah sakit di Indonesia menggunakan terapi plasma konvalesen sebagai alternatif penyembuhan pasien Covid-19. Dilihat dari segi sejarah, terapi plasma ini ternyata sudah ada sejak lama.

Kepala KSM Penyakit Dalam RS St Elizabeth Semarang, Mika L Tobing menjelaskan, terapi plasma pernah diberlakukan sejak 1850 silam. Termasuk pada saat epidemi SARS tahun 2003 dan epidemi MERS tahun 2012.

Secara rasional, kata dia, pemberian terapi plasma pada pasien Covid-19 untuk memperbaiki reaksi immunologist. Sebab, plasma yang didapat dari mantan pasien (penyintas) Covid-19 mengandung antibodi.

“Pemberian plasma yang lebih awal akan memberikan hasil lebih baik. Sehingga, jika pasien Covid-19 mau diberikan terapi plasma, lebih awal lebih baik,” jelas dr Mika dalam Webinar ‘Gerakan Plasmaku Untukmu’ beberapa waktu lalu.

Berdasarkan penelitian di RSUP Dr Kariadi Semarang, dari 21 pasien Covid-19 kategori kritis yang mendapat terapi plasma konvalesen, 14 pasien di antaranya sembuh dan 6 pasien meninggal.

“Mengacu pada penelitian ini, tingkat efektifitas terapi plasma 70 persen,” ungkap dr Mika.

Sementara, satu pasien lainnya batal diikutkan dalam penelitian ini. Karena pasien tersebut mengalami suatu reaksi anafilaksis akibat pemberian plasma konvalesen.

“Dari sini dapat dilihat, di samping efektifitas, terapi plasma juga ada risikonya. Oleh karena itu, pemberian terapi plasma harusnya dilakukan di ruang ICU untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya reaksi buruk,” imbuhnya.

Penelitian dari National Institutes of Hearth menyatakan, terapi plasma tidak dipilih sebagai terapi standar dalam penyembuhan Covid-19.

Hanya saja dokter yang merawat pasien Covid-19 bisa berikhtiar atau berimprovisasi atas pengobatan yang dilakukan. Termasik pengobatan lewat terapi plasma yang ternyata hasilnya baik.

Adapun salah satu alasan mengapa terapi plasma ini belum ditetapkan sebagai standar penyembuhan lantaran masih ada temuan yang menyatakan hasilnya kurang baik.

Sehingga, Mika menyimpulkan, terapi plasma konvalesen bermanfaat jika dipergunakan pada saat yang tepat, disertai modalitas terapi lainnya.

Efektivitas terapi juga tergantung pada fase penyakit dan penyakit penyerta (kormobiditas) pasien. “Biasanya terapi ini kami berikan pada pasien fase berat atau yang mengancam kehidupan,” jelasnya. (*)

 

 

editor: ricky fitriyanto