in

Semarang Kian Padat, Persoalan Sampah Mengkhawatirkan

SEMARANG (jatengtoday.com) – Sampah masih menjadi masalah serius di Kota Semarang. Sebab, aktivitas dan pertumbuhan penduduk di kota metropolitan ini semakin pesat. Saat ini diperkirakan jumlah penduduk kurang lebih 1,7 juta jiwa di malam hari. Sedangkan pada siang hari bisa mencapai 2 juta jiwa.

Aktivitas yang padat ini mengakibatkan produksi sampah pun semakin meningkat. Sedangkan daya tampung Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Jatibarang sangat terbatas.

Hal yang cukup mengkhawatirkan, kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah masih minim. Berbagai dampak lingkungan pun kemudian mengancam. Mulai permasalahan drainase tersumbat akibat sampah hingga ancaman banjir ketika hujan dalam intensitas tinggi.

“Saat ini ada 73 persen masyarakat belum sepenuhnya sadar dengan pengelolaan sampah. Selain itu, ada 53 persen masyarakat yang membakar sampah. Memang, ini angka nasional, namun cukup memprihatinkan,” ungkap Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Semarang Sapto Adi Sugihartono, Jumat (6/3/2020).

Produksi sampah dari tahun ke tahun semakin meningkat.

“Maka idealnya pengelolaan sampah harus dari hulu, yakni rumah tangga. Kami sudah menjalankan program pilah sampah. Saat ini akan terus kami sosialisasikan hingga program itu benar-benar berjalan di masyarakat,” katanya.

Program pilah sampah, menurutnya sebagai metode pengelolaan sampah secara efektif. Bagaimana melakukan edukasi kepada masyarakat agar memiliki kesadaran lingkungan. “Mulai dari diri kita setiap hari. Sampah memang sesuatu yang kurang bermanfaat. Namun kalau dipilah sejak awal tentu ada yang bisa dimanfaatkan,” bebernya.

Dikatakannya, masyarakat memiliki andil besar dalam menangani masalah sampah. Selain itu, di Kota Semarang juga memiliki program pengelolaan sampah berbasis masyarakat bisa melalui bank sampah atau tempat pembuangan sementara terpadu (TPST).

“Sudah berjalan cukup lama, namun masih perlu dioptimalkan. Setelah itu, penanganan sampah menjadi tanggung jawab pemerintah yakni pengangangkutan, pembuangan hingga pemusnahan,” ujarnya.

Untuk pemusnahan sampah di Kota Semarang, saat ini salah satunya sedang dijalankan program Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa). Yakni metode mengubah sampah menjadi energi listrik.

“Ada kurang lebih 9 hektar tumpukan sampah yang ditutup dengan membrane. Dari tumpukan sampah itu menghasilkan  gas metana yang dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin listrik,” terangnya.

Sementara itu, Sekda Kota Semarang Iswar Aminudin mengatakan penanganan sampah harus dilakukan secara menyeluruh. Seluruh elemen masyarakat harus terlibat. “Agar penanganan sampah bisa diselesaikan dengan baik, maka kita semua harus turut bertanggung jawab,” katanya. (*)

 

editor: ricky fitriyanto