SEMARANG (jatengtoday.com) – Proyek pengolahan sampah menjadi energi Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) di kawasan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang saat ini dikebut. Ditargetkan, PLTSa ini bisa operasional Oktober 2018 mendatang. Nantinya, mampu menghasilkan listrik kurang lebih 1,2 Megawatt.
Progres pembangunan saat ini diperkirakan baru mencapai 70 persen. “Saat ini kami masih menunggu mesin yang didatangkan dari Spanyol. Mudah-mudahan bisa operasional mulai Oktober mendatang,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Semarang Gunawan Sapto Giri di Balai Kota Semarang, Kamis (28/6).
Dikatakannya, kapasitas gas metana di TPA Jatibarang akan mampu menghasilkan kurang lebih 1,2 Megawatt. Mesin yang dibutuhkan telah dipilih dari Spanyol untuk bisa memenuhi kapasitas gas metana.
“Lahan telah diratakan untuk pembangunan tersebut. Setelah selesai nanti, pengelolaan listrik akan dikelola oleh BUMD untuk dijual ke PLN,” katanya.
Pembangunan di atas lahan seluas 10 hektare TPA Jatibarang, Desa Bambankerep, Kecamatan Mijen, Kota Semarang, tersebut dibiayai Rp 71 miliar. Rinciannya, dana hibah dari Pemerintah Kerajaan Denmark Rp 44 miliar dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Rp 18 miliar. Sedangkan tugas Pemkot Semarang menyediakan tanah uruk dari sekitar TPA Jatibarang senilai Rp 9 miliar.
Anggaran tersebut untuk pembuatan Landfill, tempat pengelolaan sampah menjadi gas metana untuk menggerakkan turbin hingga menghasilkan energi listrik dengan kekuatan 1,2 megawatt. “Tahap pengkaferan dan pemasangan instalasi telah dilakukan, kemudian penutupan dengan membran sembari dicicil untuk pemasangan instalasi pipa-pipa,” katanya.
Nantinya ada dua jenis pembangunan PLTSa di TPA Jatibarang. Kalau yang tahap pertama menggunakan sampah lama, diambil gas metananya. Tapi untuk yang selanjutnya, direncanakan untuk pembakaran sampah yakni menggunakan inserator. Nanti sampah dibakar habis. Inserator nantinya menghasilkan sekitar 15 megawatt.
Produksi sampah di TPA Jatibarang sebanyak 1.200 ton per hari. Sekarang ini, sampah yang masuk ke TPA 80 persen. Sampah yang sudah diolah menjadi pupuk sekitar 250-350 ton per hari. “Sisanya masih dibuang di TPA. Kalau yang diambil gas methan adalah timbunan sampah lama. Nanti diolah menggunakan teknologi menjadi listrik,” katanya.
Sebagian sampah itu sudah diolah dan didaur ulang di bank sampah di tingkat kelurahan, termasuk masyarakat yang memilah kemudian dijual. “Sampah di TPA yang dibuat pupuk organik, paling tidak sudah seperempat dari sampah yang ada. Tapi nanti kalau ada pembakaran sampah untuk energi listrik, maka semua sampah akan dibakar habis untuk menghasilkan energi,” katanya.
Anggota Komisi C DPRD Kota Semarang, Suharsono mengapresiasi upaya pemerintah kota untuk melakukan pengelolaan sampah di TPA Jatibarang agar terurai dengan baik. Bahkan bisa dimanfaatkan untuk energi listrik.
“Itu adalah langkah cerdas sebagai kota metropolitan yang memiliki sampah harian mencapai 1.250 ton. Kalau sampah di TPA dikelola untuk menciptakan energi listrik, sehingga bisa menambah suplai listrik di Kota Semarang, tentu ini wujud keseriusan pemerintah untuk mewujudkan lingkungan hidup yang sehat,” katanya. (abdul mughis)
editor : ricky fitriyanto