SEMARANG (jatengtoday.com) – Koordinator relawan Gerakan Masyarakat Prabowo-Sandiaga (Gema PADI) Jateng, Sudirman Said merasa kegiatan kampanyenya diganggu para pendukung petahana. Pihaknya diintimidasi dengan menyerang mental massa yang tengah mengampanyekan paslon nomor urut 02.
Salah satu peristiwa yang disayangkan itu adalah perlakuan tidak menyenangkan terhadap relawan Prabowo-Sandi di Kabupaten Grobogan, Jateng. Hal tersebut dilakukan saat hendak menghadiri kegiatan kampanye Cawapres Sandiaga Uno, Sabtu (12/1/2019).
Menurut dia, sejak awal, ada massa yang mencegat beberapa truk yang akan menuju acara tersebut. Truk dipaksa putar balik. “Kemudian ketua panitianya didatangi sekelompok orang, ada satu tokoh masyarakat yang jadi pendukung kami didatangi selompok orang dengan mengendarai beberapa sepeda motor,” bebernya di Sekretariat Pemenangan Prabowo-Sandi Semarang, Sabtu (12/1/2019) malam.
Tak hanya itu, para relawan yang sudah di lokasi, dipaksa mengenakan kaos paslon nomor urut 01 dan mengibarkan spanduk dan atribut petahana. Yang sangat disayangkan, lanjutnya, ada aparat keamanan dan anggota Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) yang berada di lokasi. Mereka melihat kejadian itu dan tidak melakukan tindakan.
“Kami juga menunggu laporan detailnya, kalau ini benar ini satu pengkondisian yang kurang baik, jelas-jelas itu tindakan offensif secara fisik dan mental” tuturnya.
Tak hanya itu, Sudirman juga menceritakan peristiwa perobekan gambar dan bendera, baik partai maupun calon legislatif dari partai koalisi Prabowo-Sandi. “Kami tidak bisa mengatakan siapa yang mengerjakan itu, tapi yang jelas itu terjadi. Saya berharap kepada Bawaslu, aparat keamanan, penyelenggara pemilu harus betul-betul bertindak tegas,” katanya.
Ketika ditanya apakah akan melaporkan aksi intimidasi tersebut, Sudirman menyatakan, pada dasarnya pelaporan bukan tujuan. “Tetapi jika masalahnya serius, kemudian mengancam proses demokrasi saya kira harus menjadi perhatian Bawaslu. Saya sih berharap ini kejadian kekerasan seperti ini tidak berlanjut,” ujarnya.
Sudirman mengatakan, masuk menjadi kontestan Pemilu harus menawarkan kebaikan kepada publik. Bukan dengan jalan kekerasan.
“Kekerasan itu adalah wujud dari ketidakberadaban. Padahal pemilu adalah bentuk dari peradaban kita sebagai negara demokrasi. Jadi kekerasan berlawanan dengan niat dari pemilu,” tegasnya. (*)
editor : ricky fitriyanto