MAGELANG (jatengtoday.com) – Kemiskinan ekstrem di wilayah Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah masih menjadi permasalahan serius yang harus terus diperhatikan dan perlu ditangani.
Magelang sendiri termasuk dalam 212 kabupaten/kota yang menjadi prioritas penanggulangan kemiskinan ekstrem. Ada 25 desa di Magelang yang tersebar di lima kecamatan yang masuk kategori miskin ekstrem.
Melihat hal ini, Wakil Ketua DPRD Jawa Tengah Heri Pudyatmoko mengatakan bahwa diperlukan upaya bersama dari lintas sektor untuk menanggulangi permasalahan kemiskinan di Magelang.
Menurutnya, yang perlu dilakukan pertama yaitu mencari dan menelaah akar permasalahan yang menyebabkan terjadinya kemiskinan yang pada nantinya akan dijadikan acuan sebagai penetapan program dan kebijakan pemerintah.
“Penanggulangan kemiskinan harus ditelaah akar permasalahan dan diperlukan strategi yang matang. Sehingga nantinya program dan kebijakan dapat tepat guna dan tepat sasaran,” ujar Heri dalam Sosialiasi Non Perda bertema “Penanggulangan Kemiskinan Ekstrem di Kabupaten Magelang” pada Kamis (13/10/2022).
Dalam proses dan praktiknya, kata Heri, pengentasan masalah kemiskinan harus dibutuhkan kerja sama dan kolaborasi dari berbagai lintas sektor. Mulai dari pemerintah, pengusaha, akademisi, aktivis sosial, serta kelompok masyarakat.
Menyediakan lapangan pekerjaan dinilai menjadi suatu upaya untuk menampung angkatan kerja, terkhusus yang lulus dari sekolah maupun universitas. Sehingga angka pengangguran dapat ditekan.
“Selain itu, pelatihan berbasis kompetensi, daya saing, dan profesionalisme harus digalakkan sehingga dapat memenuhi kualifikasi perusahaan. Maka pemerintah dan pengusaha harus bekerja sama sehingga penawaran dan permintaan angkatan kerja dapat seimbang,” lanjut Heri Pudyatmoko.
Selain itu, Heri yang juga merupakan politisi Partai Gerindra tersebut mengatakan bahwa kesejahteraan petani perlu ditingkatkan. Pasalnya mayoritas penduduk Kabupaten Magelang bekerja di sektor pertanian.
“Bisa memberikan bantuan berupa benih dan pupuk yang berkualitas serta pelatihan dan pendampingan untuk menghasilkan produk pertanian yang berkualitas sehingga dapat bersaing di pasar global maupun internasional,” katanya kepada peserta sosialisasi.
Heri juga menilai, pemberdayaan dan pengembangan UMKM sangatlah penting. Hal ini lantaran kontribusi UMKM cukup besar terhadap pendapatan daerah dan tingkat penyerapan tenaga kerja.
“Selain itu akses sekolah gratis atau beasiswa pendidikan kepada keluarga kurang mampu ini juga menjadi bagian mengatasi kemiskinan di Kabupaten Magelang,” ujarnya.
Sementara itu, berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin di Kabupaten Magelang pada 2021 sebanyak 154,91 ribu orang (11,91 persen), bertambah sekitar 8,57 ribu orang dari tahun 2020 yang tercatat sebanyak 146,34 ribu jiwa (11,27 persen).
Pada tahun 2021, garis kemiskinan Kabupaten Magelang meningkat sebesar Rp 11.178,- atau naik 3,26 persen dari tahun 2020, yaitu dari Rp. 342.430,- per kapita per bulan pada tahun 2020 menjadi Rp. 353.608,- per kapita per bulan pada tahun 2021.
Berkaca pada data tersebut, Heri menegaskan bahwa garis kemiskinan di Kabupaten Magelang yang menunjukkan tren peningkatan setiap tahunnya ini seharusnya menjadi prioritas yang perlu ditangani bersama.
Maka dari itu, Heri mengajak seluruh lintas sektor untuk bahu-membahu dan gotong-royong mengatasi problem tersebut. Sehingga masyarakat dapat hidup layak dan sejahtera.
“Di sisi lain, penentuan program dan kebijakan dari pemerintah, baik pusat, provinsi, maupun daerah, haruslah benar-benar memprioritaskan dan dapat meningkatkan taraf kehidupan masyarakat miskin. Dalam implementasinya bersama-sama dilakukan,” tegas Heri.
Sementara itu, Bayu, salah satu pemuda dari Kabupaten Magelang mengaku sepakat dengan apa yang disampaikan Heri Pudyatmoko. Dalam praktiknya, solliditas dalam wujud gotong royong perlu ditingkatkan agar kabupaten yang kaya akan potensi dan SDA itu menjadi lebih maju.
“Memang semua problem masing-masing. Tapi bagaimana pun kita harus tetap bersama-sama karena ini sebenarnya masalah bersama, bukan personal saja,” ujar Bayu. (*)
editor : tri wuryono