“Saya nggak bisa bilang apa-apa lagi. Pasrah. Seandainya karyawan saya sendiri kalau dia ada minat, paling dia yang melanjutkan,”
SEMARANG (jatengtoday.com) – Pengrajin batu nisan Tionghoa atau bong pay di Kota Semarang hanya tersisa segelintir saja. Rata-rata terpaksa gulung tikar karena tidak adanya regenerasi. Satu-satunya toko kerajinan bong pay yang tersisa di kawasan Pecinan Semarang, adalah Hok Tjoan Hoo.
Pengrajin sekaligus pemilik toko pertamanya bernama Tan Thian Giet. Dia berasal dari Desa Wean, Tiongkok. Kabarnya, daerah Wean memang dikenal sebagai tempat pengrajin bong pay ternama. Wajar jika tempat usahanya sempat menjadi toko bong pay terbesar di Gambiran, Pecinan, Semarang.
Pemilik toko saat ini, Pianto Sutanto atau Tan Hay Ping mengatakan, dirinya merupakan generasi ke-5 sejak awal berdirinya toko pada 1911. Tradisi pengrajin batu bong pay tersebut terus dilestarikan dari generasi ke generasi.
“Saya sudah turunan kelima. Sepengetahuan saya toko ini sudah berdiri lebih dari 100 tahun,” ujarnya saat ditemui di tokonya yang berada di Gang Gambiran, Senin (21/1/2019).
Pianto mengaku kerap dirundung pertanyaan soal regenerasi tokonya, mengingat usianya sudah mulai menua. Namun, dirinya tidak bisa menjamin apakah toko yang sudah berdiri sejak ratusan tahun itu mampu bertahan lebih lama atau tidak.
Pasalnya, meneruskan tradisi usaha keluarga tersebut harus didasari atas panggilan hati. Termasuk dirinya yang dulu merupakan keinginannya sendiri. Karena itu, dia tidak bisa memaksakan untuk mewariskan ke orang lain, termasuk kepada anaknya sekalipun.
“Menjadi penerus itu tidak mudah. Itu panggilan hati, saya tidak bisa memaksa. Kalau nggak panggilan hati nanti ya nggak jalan usahanya,” imbuh Pianto.
Dia bercerita, dulunya di Gang Gambiran tempat tokonya berada terdapat banyak toko bong pay. Tetapi karena generasi penerusnya tidak serius dan mungkin karena bukan atas panggilan hatinya, sehingga tidak bisa bertahan.
“Dulu ada lima (toko). Sekarang tinggal satu ini. Semuanya gulung tikar,” tuturnya.
Menurut Pianto, Hok Tjoan Hoo adalah satu-satunya toko bong pay yang menggunakan bahan dasar dari batu pegunungan yang berkualitas. Kebanyakan batu dari Majalengka. “Sebetulnya di Kota Semarang ini yang jual bong pay dari batu hanya sini saja,” katanya.
Dia tidak bisa berkomentar banyak terkait jaminan kelanjutan usahanya ke depan. Hanya saja, selagi dirinya masih hidup, dia akan berusaha untuk nguri-uri tradisi leluhurnya itu.
“Saya nggak bisa bilang apa-apa lagi. Pasrah. Seandainya karyawan saya sendiri kalau dia ada minat, paling dia yang melanjutkan,” tandasnya. (*)
editor : ricky fitriyanto