SEMARANG (jatengtoday.com) – Total ada 7 medali emas yang berhasil diraih para taekwondoin muda asal Semarang. Salah satunya Gayatri Shalsabilla Widia Putri alias Chacha, siswi SMPN 2 Semarang. Dia berhasil berdiri di podium tertinggi di kelas 7G di kyorugi, female below 29 kg usia 12-14 tahun.
Ada juga medali perak dan perunggu yang diraih di turnamen yang diikuti 24 negara tersebut. Medali perak dipersembahkan Belinda Ayu Widia Putri. Siswi kelas 10, SMAN 4 Semarang ini menjadi juara dua di kelas Kyorugi Junior (14-17th) female under 44 kg.
Medali perak juga ada yang disabet beregu, yakni di kelas Poomsae, female group 11-13 tahun. Masing-masing oleh Najwa Alya Putri Ramadhani siswi SMP N 21 Semarang kelas 7A, Gayatri Shalsabilla Widia Putri siswi SMP N 2 Semarang kelas 7G dan Hilza Aidasyifara, siswi SDIT Assalamah Ungaran Kabupaten Semarang.
Medali perak di kelas Kyorugi Junior Female 14 -17 tahun Under 52 kg disabet Afita Ardian Kusnanda, siswi SMPN 1 kelas 9 E Ungaran, Kabupaten Semarang.
Sementara untuk medali perunggu, ada di kelas Poomsae Individual Female 11-13 tahun disabet Najwa Alya Putri Ramadhani, Poomsae Individual Female 9-11 tahun disabet Hilza Aidayifara siswi SDIT Assalamah Kelas VI Ibnu Kholdun, Ungaran, Kabupaten Semarang. Medali perunggu juga disabet Afita Ardian Kusnanda siswi SMP N 1 Ungaran kelas 9 E, di kelas Kyorugi 12-14 tahun Female Under 51 kg.
Mereka yang dikirim tanding di Malaysia itu totalnya 11 atlet taekwondo. Mereka dari Dojang Great Taekwondo Community (GTC) Banyumanik Semarang. Semua medali disabet atlet perempuan. Klub ini di bawah binaan Universal Taekwondo Indonesia Profesional (UTI Pro) Jateng.
Prestasi yang diraih ini membanggakan semuanya. Apalagi mereka ini berangkat dengan biaya sendiri, alias swadaya. Maklum, mereka bertanding di kancah internasional karena utusan klub di bawah UTI Pro, jadi tidak ada bantuan finansial dari negara. Meski, mereka juga berjuang untuk mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional.
Para atlet ini sudah kembali ke Semarang secara bertahap. Pada Selasa (28/8/2018) dini hari hingga pagi, mereka tiba di Stasiun Poncol, Kota Semarang, menggunakan kereta ekonomi dari Jakarta.
Sang pelatih, Tri Agung menjelaskan, para atlet putra yang dikirimnya memang belum bisa menyumbang medali. Rata-rata terhenti di perempat final. Misalnya Ayang yang main di Junior Male Under 48 kg, kalah dari atlet Malaysia. Moh Fayis kalah dari Farrentino Bayang Juara Japan Open 2018. Bertram Edria Arkana kalah dari atlet China yang akhirnya raih emas di kelas under 24 kg putra.
Kelas ini menjadi salah satu kelas favorit karena diikuti lebih dari 30 atlet. Dia menyebut, atletnya yang lain yakni M. Farras, M. Zidan dan Ibrahim juga bermain cukup bagus, sayangnya mereka tak mampu melewati perempat final.
“Semua atlet yang berlaga, menang atau kalah, telah mendapatkan pengalaman yang sangat berharga dan mampu mengukur bahwa kita, Indonesia, kita Semarang, mampu bersaing di kancah internasional,” terangnya, Kamis (30/8/2018).
Dia berharap, prestasi dan keswadayaan ini mendapatkan perhatian dari Pemerintah Kota Semarang maupun Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
Pelatih lainnya, Rahmat, menambahkan, hasil ini sangat memuaskan. “Ini pengalaman pertama mereka bertanding di kancah internasional,” terangnya.
Salah satu taekwondoin yang meraih medali, Najwa Aliya Putri, mengakui persaingan di kancah internasional itu lebih berat. “Tapi seneng, bisa ketemu lawan baru, ketemu yang lain (dari negara lain),” tuturnya. (*)
editor : ricky fitriyanto