in

“Solo Bangkit untuk Indonesia”, Cara Seniman Bangkitkan Patriotisme Generasi Milenial

SOLO (jatengtoday.com) – Sejumlah seniman lokal di Kota Surakarta menginisiasi kegiatan “Solo Bangkit Untuk Indonesia” guna mengisi perayaan HUT ke-75 Kemerdekaan Republik Indonesia.

“Ini sebagai wujud kami, bukan hanya ‘klemah-klemah’ (santai) di rumah, tetapi kami melakukan langkah nyata untuk mengisi kemerdekaan,” kata salah satu seniman, Endah Laras, Jumat (14/8/2020).

Penyanyi campur sari ini mengatakan sasaran dari kegiatan tersebut, untuk seluruh masyarakat terutama generasi muda yang selama ini lebih banyak menikmati seni dan budaya dari luar negeri.

“Harapannya agar generasi muda ini ingat bahwa kita memiliki budaya yang adiluhung, seperti batik, kuliner, keroncong, hingga tari. Jangan hanya K-Pop (musik Korea). Dengan tahu seperti ini, maka patriotisme kita akan tetap terjaga,” katanya.

Sementara itu, Ketua Panitia “Solo Bangkit Untuk Indonesia” Menil Ester Wulandari mengatakan kegiatan tersebut berisi pesan tentang pelestarian dan kekayaan seni budaya Indonesia, khususnya Kota Solo lewat media audiovisual.

“Bentuk kegiatan ini di antaranya pembuatan video yang berkonsep ‘Merah Putih’. Pada video ini dipertontonkan rekaman para seniman, pegiat seni kreatif, termasuk Wali Kota Surakarta FX Hadi Rudyatmo akan menyanyikan lagu berjudul ‘Rayuan Pulau Kelapa’ bersama Bu Waldjinah (seniman senior),” katanya.

Selain itu, katanya, juga akan ditunjukkan beranekaragam makanan khas Indonesia khususnya khas Kota Solo dalam bingkai jamuan makan malam ala Jawa.

Ia mengatakan nantinya video pertama akan diluncurkan bersamaan dengan HUT RI pada tanggal 17 Agustus 2020 di semua platform media sosial, termasuk di videotron yang ada di Kota Solo.

Ia berharap pesan yang disampaikan para seniman kepada masyarakat melalui “Solo Bangkit Untuk Indonesia” bisa tersampaikan mengingat langkah tersebut juga untuk menjaga kebudayaan dan kesenian daerah.

“Kebudayaan dan kesenian daerah kian terancam, ditinggal dengan laju perkembangan zaman di era globalisasi. Perkembangan ini sering kali meninggalkan adat dan kebudayaan yang menjadi roh dalam tatanan masyarakat Indonesia. Ini yang kita harus antisipasi, jangan sampai budaya kita tergantikan dengan budaya lain,” katanya. (ant)

editor : tri wuryono

Tri Wuryono