in

Soal Video Pengeroyokan Guru, Ini Kata Praktisi Hukum

SEMARANG (jatengtoday.com) – Pendiri Rumah Pancasila dan Klinik Hukum di Semarang, Theodorus Yosep Parera meminta masyarakat tidak memperdebatkan video guyonan pengeroyokan guru yang sedang viral di medsos. Menurutnya, kedua belah pihak tidak ada yang pantas disalahkan, apalagi diberi sanksi.

“Video itu tidak perlu ditanggapi secara serius. Kecuali sudah tahu persis, kenapa guyonan itu dilakukan. Apa yang ada di pikiran guru dan siswa-siswanya kan tidak tahu,” ucapnya, Selasa (13/11/2018).

Menurutnya, tidak ada masalah jika guru mengajak bercanda anak didiknya. Setiap orang punya cara sendiri untuk menjalin hubungan emosional. Apalagi itu di lingkup privasi mereka, yakni di ruang kelas.

Dia mencontohkan hubungan orang tua dan anak. “Kalau bapak diajak guyon sama anaknya, bermain-main di rumah. Apa itu salah?” imbuh advokat ini.

Yosep menuturkan, pihak sekolah perlu melihat nilai murid-murid yang diajar dengan cara seperti itu. Kalau memang nilainya bagus, kepribadian siswa juga tidak ada masalah di luar kelas, berarti tidak perlu dipersoalkan.

“Kalau memang itu guyonan, cara guyon mereka, ya tidak ada masalah. Kecuali kita bisa masuk ke pemikiran siswa dan gurunya, kita tahu bagaimana, baru bisa berpendapat. Selama belum bisa, ya kita tidak bisa berkomentar baik dan buruk,” terangnya.

Menurutnya, video tersebut menjadi pro kontra lantaran diunggah ke media sosial. Jika sudah masuk ke lingkup medsos, semua komentar tak bisa dibendung lagi.

Menurut Yosep, yang perlu diperhatikan lebih jauh adalah memberikan pemahaman kepada masyarakat luas untuk menggunakan pendapat secara bijak.

“Kita kurangnya adalah memahami memberikan pendapat. Makanya begitu berita itu viral, yang perlu diperhatikan adalah edukasi masyarakat untuk berpendapat. Menggunakan cara berpikir, bertindak agar lebih bijaksana,” papar Yosep.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Jateng, Gatot Bambang Hastowo menambahkan setelah mendengar keterangan pihak sekolah yang menyebut peristiwa “bully” itu hanya bercanda, Gatot menganggap hal itu berlebihan.

“Berlebihan. Dalam proses pembelajaran kan ada pendidikan karakter nah itu tidak pas,” terangnya.

Jika memang cara mengajar guru tersebut dengan bercanda dan berdampak baik, maka Gatot menyayangkan kegiatan tersebut bisa tersebar bahkan viral. Namun ia kembali menekankan aksi siswa dan guru di video itu tidak beretika.

“Jangan sampai hal seperti itu terulang, pendekatan guru ke murid tidak harus seperti itu, kan banyak cara,” pungkasnya. (*)

editor : ricky fitriyanto

Ajie MH.