SEMARANG (jatengtoday.com) – Ketua Lembaga Pembinaan dan Perlindungan Konsumen (LP2K) Semarang, Ngargono menyayangkan tragedi wahana Bianglala di Jateng Fair 2018 yang memakan korban. Menurutnya, jika pihak pengelola atau penyedia wahana selalu mengecek alat secara rutin, risiko kecelakaan bisa diminimalisir. Apalagi, Bianglala di kompleks PRPP Semarang tersebut sudah berusia puluhan tahun.
Layaknya alat mekanis pada umumnya, selalu ada penyusutan atau komponen yang aus. Pada kasus jatuhnya penumpang Bianglala di Jateng Fair, rem tidak berfungsi dengan baik. Sehingga, ketika penumpang hendak turun, Bianglala berputar tanpa disengaja.
“Penyelenggara harus mengeceknya secara berkala. Terutama fisik, harus lebih selektif. Bagaimana kesiapan wahana tersebut agar aman ketika digunakan. Tentu selain secara administrasi sudah punya izin mengoperasikan alat,” terangnya ketika dihubungi, Senin (3/9/2018).
Keselamatan konsumen, lanjutnya, harus menjadi prioritas. Terlebih untuk wahana-wahana yang berisiko seperti Bianglala. Jadi, selain pengecekan fisik, kompetensi operator wahana juga diutamakan.
“Kalau izin sudah punya, fisik wahana sudah siap, tinggal operatornya. Kan ada banyak faktor dalam sebuah wahana. Bisa jadi kecelakaan terjadi karena human error. Jadi operator atau pegawai yang mengoperasikan wahana, harus kompeten. Punya kualifikasi yang andal,” tegasnya.
Selain itu, Ngargono juga mengingatkan kepada pengunjung untuk tidak terlalu berambisi menaiki wahana. Dia mengimbau untuk melihat wahana terlebih dahulu. Jika memang berisiko, sebaiknya tidak usah. Apalagi jika melihat atau mendegar sesuatu yang janggal.
“Seperti sudah bunyi krengket-krengket, melihat ada baut atau komponen lain yang berada di tempat yang tidak semestinya, dan lain sebagainya. Kalau seperti itu, sebaiknya tidak usah naik. Justru memberi tahu kepada petugas atau pengelola wahana tentang kejanggalan tersebut,” ujarnya. (*)
editor : ricky fitriyanto