SEMARANG (jatengtoday.com) – Sebelum memberlakukan status Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), Kota Semarang memlilih Program Jogo Tonggo untuk menahan laju penularan corona. Gerakan yang berbasis tiap RW ini bakal mendapat support dari 48 tim patroli gabungan di pos pantau Jogo Tonggo.
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengatakan dengan pemberlakuan Jogo Tonggo, kelurahan dipersilakan melakukan karantina wilayah dengan portal, kalau tidak ada dari bambu atau apa saja.
“Saat ini kami juga sudah melaksanakan sistem lumbung pangan kelurahan, meskipun basis kegiatannya ada di tingkat RW. Tapi ini sudah ready,” katanya usai mengikuti rapat bersama beserta bupati dan wali kota di Semarang Raya, Jumat (24/4/2020).
Pemberlakuan Jogo Tonggo tersebut nantinya bakal mendapat support penuh dengan keberadaan pos pantau. Total ada 16 pos pantau yang disiapkan Pemkot Semarang. Di mana setiap satu pos pantau akan dijaga oleh tiga tim.
“Kami menaruh 16 pos pantau, 8 pos ditaruh di perbatasan dengan wilayah lain, 8 pos pantau di kota. Yang setiap pos pantau ada tiga tim patroli. Anggotanya TNI Polri, Dishub, Satpol PP dan tenaga kesehatan. Total ada 48 tim patroli,” ucapnya.
Dia mengatakan Jogo Tonggo tersebut bakal mulai diberlakukan pada Senin (27/4/2020) lusa. Sementara Sabtu dan Minggu besok dimanfaatkan untuk persiapan dan sosialisasi ke masyarakat. Dia berharap dengan cara tersebut kasus Covid-19 di Semarang bisa menurun.
“Pergerakan di Semarang tidak pernah ada berita klaim penurunan. Mudah-mudahan dengan banyaknya tim dan pos pantau, angka Covid-19 bisa menurun,” terangnya.
Saat ini jumlah kasus corona di Semarang merupakan yang terbesar di Jateng. Per Jumat (24/4/2020) siang, sebanyak 148. Dengan total sembuh 50, sementara 29 pasien meninggal yang terdiri dari 21 orang merupakan warga Semarang serta 8 orang warga luar kota.
Menyikapi perkembangan yang signifikan tersebut, dia intensif berkonsultasi dengan Gubernur Ganjar Pranowo, kaitannya apakah akan diberlakukan PSBB atau tidak. Salah satu hasil konsultasi itu adalah pilihan memberlakukan Jogo Tonggo, yakni pembatasan sosial non PSBB.
Sementara itu Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo mengatakan dalam pemberantasan Covid-19 ini jangan sampai membiarkan tenaga medis jadi benteng terdepan. Masyarakat lah yang mestinya menjadi garda terdepan dengan bersenjatakan air mengalir, sabun dan masker. Dan menerapkan strategi inti, tetap tinggal di rumah dan jaga jarak.
“Basisnya desa atau kampung. Kenapa? Ruang yang lebih kecil bisa kita lakukan kendali yang lebih manageable. Kalau kita mau tetapkan PSBB, sudahkah kita menghitung dan siap? Kalau belum, kita latihan dulu dengan melakukan tindakan seperti PSBB. Pasar mulai kita ubah mulai besok. Yang ke sana harus cuci tangan, wajib pakai masker, kalau tidak suruh pulang,” paparnya. (*)
editor: ricky fitriyanto