SEMARANG (jatengtoday.com) – Sedikitnya ada 4.759 Pondok Pesantren (Ponpes) di Jawa Tengah dengan perkiraan kurang lebih 600 ribu santri. Sejauh ini keberadaan pondok pesantren ini terbilang jauh dari perhatian pemerintah.
“Santri telah diakui terlatih dalam berbagai ilmu, sehingga dapat beradaptasi dengan fleksibel. Bahkan santri bisa menjadi kekuatan ekonomi Indonesia,” kata politisi NasDem Eva Yuliana.
Bahkan, pengembangan ekonomi santri di Jawa Tengah bisa diharapkan untuk membantu mengentaskan kemiskinan. Maka saat ini hal yang perlu dilakukan adalah bagaimana mengembangkan potensi berbasis pondok pesantren.
“Saya mendorong agar santri mampu mengembangkan dalam bidang ekonomi. Salah satunya agar mengembangkan dalam usaha,” katanya.
Ilmu bisnis retail modern, kata Eva, tidak mudah. Baik dari penataan barang yang akan dijual, manajemen pergudangan, manajemen keuangan, jaringan, dan lain-lain, tentunya dibutuhkan keahlian khusus. Eva mengaku telah turut membantu pengembangan wirausaha di Ponpes di Jawa Tengah.
Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen menjadi salah satu figur yang turut diharapkan bisa mengangkat kaum santri dan pondok pesantren. Dijelaskannya, ada 4.759 Pondok Pesantren (Ponpes) di Jawa Tengah dengan perkiraan kurang lebih 600 ribu santri. Ini harus bisa dilihat untuk bisa menggerakkan roda ekonomi. Sehingga persoalan kemiskinan bisa dikurangi.
“Karakter santri yang sudah baik, harus diimbangi dengan kesiapan para santri menghadapi tantangan ekonomi, di tengah kemajuan teknologi dan industri global seperti sekarang ini,” katanya. (*)