JOGJAKARTA (jatengtoday.com) – Gemuruh suara Gamelan Jawa laras pelog dengan lantunan vocal ”Minongko Pambukanipun Gelar Seni saking Greget”. Syair ini merupakan sebagian musik Tari Gunungan susunan Sangghita Anjali S.Sn.
Tarian tersebut sebagai Tari Pambuka Greget Festival Tari ke 61 tanggal 15 Juli 2023 di Taman Budaya Yogyakarta dalam rangka Hari Anak Nasional 2023 yang disajikan para siswa-siswi. Baik niyaga maupun penari Sanggar Greget.
Sebanyak 200 orang tampil rampak dan atraktif dalam menabuh gamelan dan menari menggunakan properti kerajinan wayang kulit gunungan atau kayon yang bermakna tentang kepedulian umat manusia dalam menjaga kelestarian dan merawat alam semesta guna menandai lingkungan Ramah Anak.
Harapan ke depan tentang sosok anak sebagai generasi yang jujur dan adil dituangkan dalam Tari Hompimpah yang terilhami dari tingkah laku anak-anak ketika mengawali sebuah permainan yang dilakukan secara berkelompok.
Selanjutnya Tari Layangan yang terinspirasi dari adanya permainan yang menggunakan layangan. Berikutnya Tari Tekdug merupakan tari kreasi tradisi pesisiran.
Tari Tempurung menggunakan properti bathok yang merupakan kulit dari buah kelapa. Tari Turangga Rimang, Tari Song-Song Riwis sebagai salah satu bentuk kolaborasi antara pengrajin payung dengan seniman.
Tari Dwi Putri sajian tari kreasi tradisi putri gaya Surakarta yang dikembangkan sesuai dengan wilayah Kota Semarang. Tari Tirta Maya kreasi tradisi pesisiran Jawa Tengah yang terilhami dari gending Tirta Maya.
Tari Denok Deblong merupakan tari khas Kota Semarang karya maestro Yoyok Bambang Priyambodo yang melegenda sekian tahun yang lalu, Tari Trimastuti yang berarti anak ketiga selalu Mastuti dalam bahasa Jawa yang berarti menuruti dan taat arahan dari kedua orang tuanya, rajin belajar, tekun beribadah, dan diharapkan sebagai gadis yang selalu berbakti kepada orang tua, guru, bangsa, agama dan negaranya, selanjutnya Tari Manggala Yuda merupakan sajian tari keprajuritan, Tari Candra Kusuma, Tari Mahendra, Tari Bramantyo, Tari Mahendra kesemuanya merupakan sajian tari susunan baru gaya pesisiran yang bersumber dari gerak tari klasik Jawa Tengah bentuk Putra dan Putri Alus, Magak, Lanyap/Mbranyak.
“Tak membedakan suku agama, golongan ras partai untuk Indonesia” Tembang ini merupakan bagian dari sajian Tari Pesona Jawa Tengah yang merupakan implementasi membangun Jawa Tengah berdikari pemerintah yang bersih, jujur, transparan dalam melayani masyarakat serta memperkokoh gotong-royong, guyub, rukun, tepa slira, yang kesemuanya simbol jatidiri Jawa Tengah – responsive, komunikatif, inovatif, dan kreatif. Penampilan tersebut sebagai puncak GFESTAR ke 61.
Terlepas dari itu semua, tentunya keberhasilan Greget Festival Tari ke – 61 ini sangat tergantung dari Kerja Tim Produksi Sanggar Greget yang di mandegani oleh Sangghita Anjali, dan Sekar Arum bersama Maria Benita, Hasya Alvinki, Jihan Salsabila, Adinda Salsabila, Annastasya Rahmadani, Ratna Wulan, Fairuz Salma, Deva Amelia, Davina Dara, Mega Galuh, Priyanka Tantri, Sinestesia, Cicilia Antik, Erin, Najla, Yhagie, Ardian, Eldo, Ibnu, Septi, Martina, Tuti, Tri Narimastuti, Tampan Rama, Eko Mugiono, Agus Winarno, Eko Purwanto, Arifin, Adhitio, Billy, Taqim, Agus, Gati. Didukung Greget laras Mahendra, dengan sinden-vocal Arianti Radma, Sendanatasa, Akbar, Vico dan Niyaga Darsono, Farel, Lambang, Zen, Ikhsan, Nuril, Ridwan, Bayu, Luhung, Anang.
Sebagai informasi, GFESTAR ke 62 akan diselenggarakan kembali pada tanggal 15 Desember 2023 di Museum Ronggowarsito Jawa Tengah Semarang dan Gelar Tari Jawa Tengah ke 3 pada tanggal 23 September 2023 serta ke 4 pada tanggal 9 Desember 2023 di Taman Budaya Jawa Tengah. (*)