SEMARANG (jatengtoday.com) – Beragam batik dari berbagai daerah di Jateng sudah menguasai pasar nasional, bahkan internasional. Sayangnya, masih banyak pengrajin batik yang hanya memroduksi bahan kain saja. Jika membuat produk ready to wear juga bisa, dipastikan pasarnya akan lebih luas.
Hal tersebut diungkapkan istri Wakil Gubernur Jateng, Nawal Arafah Yasin ketika menjadi narasumber talkshow UKM Virtual Expo, Selasa (27/10/2020).
“Jateng punya aneka motif batik karena punya potensi akar budaya yang kuat. Ini yang membuat daerah-daerah punya motif khas sendiri. Nah, yang menjadi tantangan saat ini, mereka belum sampai ke produk ready to wear. Hanya menjual kain-kain saja,” jelasnya.
Karena itu, pihaknya mengajak berbagai pihak untuk mendorong agar para pengrajin batik bisa melakukan inovasi. “Kain batik ini bisa jadi apa saja. Ketika menjadi handycraft, fashion, sepatu, dan lain sebagainya, ini akan ada nilai tambah,” imbuhnya.
Pengrajin, lanjutnya, jangan hanya puas menjual kain batik saja meski memang sudah laris manis. Perlu ada keberanian membuka peluang-peluang baru
“Biasanya, wis ngene wae wis cukup (begini saja sudah cukup). Mindset ini harus diubah,” tegasnya.
Kepala Dinas Koperasi dan UKM Jateng, Ema Rachmawati menambahkan, pihaknya punya rencana untuk mengkolaborasikan para pengrajin batik Lasem dan desainer untuk membuat produk-produk ready to wear.
“Kami akan mendorong Lasem jadi kota fashion. Di sana sudah ada konveksi, desainer juga ada. Nanti akan dikombinasikan,” bebernya.
Selain itu, Ema juga ingin merangsang para pengrajin batik. Yakni dengan cara menunjukkan produk-produk berbahan batik yang punya nilai jual tinggi.
“Akan kami perlihatkan, ini lho, kain batik bisa jadi seperti ini. Sesuatu yang mungkin belum pernah mereka pikirkan,” tandasnya. (sir)
editor: ricky fitriyanto