in

Pembangunan Ornamen yang Serampangan di Kota Lama Bisa Kurangi Otentisitas Cagar Budaya

SEMARANG (jatengtoday.com) – Kawasan Kota Lama Semarang tampak semakin menawan seiring dengan rampungnya upaya revitalisasi. Apalagi sekarang ini banyak ornamen tambahan yang kian memperindah lokasi berjuluk “The Little Netherland” tersebut.

Namun, Pegiat Cagar Budaya Kota Semarang Tjahjono Rahardjo sedikit memberi kritikan. Pasalnya, terdapat beberapa ornamen di Kota Lama Semarang yang dinilai tidak sesuai.

Seperti pengadaan ornamen dua unit charger box (tempat isi baterai ponsel) yang ada di pinggir Jalan Letjen Suprapto. Fasilitas publik tersebut berbentuk kotak kaca berwarna merah. Didesain mirip Red Box atau boks telepon umum merah yang menjadi ikon Inggris dan Britania Raya.

Juga pengadaan ornamen air mancur yang terletak di dekat Gedung Marba dan Gedung Galeri UMKM Kota Lama. Desainnya dibuat menyerupai Victorian Drinking Fountain (air mancur untuk minum) di Pearson Park, Hull, Inggris.

Menurut mantan anggota Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota Semarang ini, berbagai bangunan di Kota Lama bergaya arsitektur Eropa. Sehingga, penempatan replika Red Box dan Drinking Fountain kurang tepat.

“Itu asli Inggris. Tidak pernah ada di Belanda maupun di Hindia Belanda,” ujar Tjahjono, Minggu (13/9/2020).

Kurangi Otentisitas

Kota Lama Semarang atau Oudestad sendiri kini sudah resmi ditetapkan sebagai Cagar Budaya Nasional oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Melalui penetapan tersebut tim ahli cagar budaya nasional merekomendasikan perubahan nama Kota Lama menjadi Semarang Lama.

Semarang Lama meliputi empat situs yang mewakili perjalanan sejarah panjang Kota Semarang sejak abad ke-15 hingga awal abad ke-20. Keempat situs tersebut adalah Kampung Kauman, Kampung Melayu, Kampung Pecinan, dan Kota Lama. Masing-masing memiliki ciri khas.

Saat ini, Semarang Lama sedang mengejar predikat sebagai World Heritage atau Warisan Budaya Asli Indonesia yang diakui UNESCO.

Menurut Tjahjono, proses pengusulan warisan budaya dunia bukanlah perkara mudah. Ada banyak tahapan yang harus dilalui. Termasuk banyaknya persyaratan yang harus dipenuhi, seperti memastikan otentisitas dari cagar budaya tersebut.

Dia berpendapat, pengubahan bentuk bangunan dan penambahan ornamen secara serampangan, dapat mempengaruhi keaslian dari cagar budaya.

“Jadi bisa mengurangi otentisitas. Itu salah satu syarat yang ditetapkan UNESCO untuk menjadi Warisan Budaya Dunia,” ungkapnya.

Bangunan Menyesuaikan Iklim Tropis

Kawasan Kota Lama Semarang sebagai bagian dari Semarang Lama memiliki ciri khas dipenuhi ratusan bangunan bergaya Eropa yang sudah beradaptasi dengan iklim tropis Semarang. Tampilannya juga berbeda dengan bangunan yang ada di Eropa.

Di Kota Lama ini terdapat gedung pemerintahan, perkantoran dagang, keuangan, pabrik, bengkel, hingga pergudangan berskala besar.

Menurut Tjahjono, karena bernuansa Eropa, sebaiknya ornamen yang ada di dalamnya juga disesuaikan. Pengadaan ornamen tambahan seperti Charger Box, Drinking Fountain, dan barang lainnya boleh-boleh saja.

“Tapi pilih modelnya, jangan dikuno-kunokan, apalagi meniru ornamen yang asli kuno dari tempat lain. Jadi jelas antara yang lama dan yang tambahan baru,” kritiknya.

Dia khawatir jika hal ini tidak diperhatikan bisa menghambat proses pengajuan sebagai World Heritage.

“Orang awam juga pasti bingung. Tidak bisa membedakan mana yang benar-benar lama dan mana yang seakan-akan kuno,” imbuh Tjahjono. (*)

 

editor: ricky fitriyanto