in

Banyak Standing Banner Berisi Informasi Menyesatkan di Kota Lama, Ada Apa?

SEMARANG (jatengtoday.com) – Beberapa waktu lalu sekelompok orang yang mengatasnamakan dari Badan Penanggulangan Cagar Budaya mendirikan beberapa standing banner di Kawasan Kota Lama Semarang.

Namun, alih-alih mengedukasi wisatawan tentang sejarah Kota Lama, isi banner tersebut justru menyesatkan pembacanya. Banyak informasi yang sama sekali tidak masuk akal.

Contohnya, di Taman Srigunting Kota Lama didirikan banner bertuliskan “Ini adalah taman favorit Armin van Buuren, Gubernur Jenderal Hindia Belanda termuda, dia berkunjung ke Semarang tahun 1928”.

Padahal, Armin van Buuren merupakan DJ dan produser musik asal Belanda. Ia bukan Gubernur Jenderal Hindia Belanda sebagaimana dituliskan.

Ada pula banner-banner ngawur lainnya. Seperti di dekat fasilitas charger box juga ada banner bertuliskan “David Beckham dan PM Inggris Neville Longbottom saling menelpon lewat box telepon ini ketika telepon ini masih aktif”.

Lalu, di dekat fasilitas air mancur yang terletak di dekat Gedung Marba, terdapat banner bertuliskan “Air mancur ini merupakan replika dari inovasi teknologi Belanda untuk menyedot banjir. Didesain oleh Thomas Karsten”.

Juga di dekat spot Rumah Akar yang biasanya dijadikan tempat foto wisatawan terdapat banner bertuliskan “Jalan ini jadi saksi kisah cinta terlarang Oei Tiong Ham dan Rara Mendut”.

Namun, banner-banner tersebut kini sudah tidak terpasang. Yang ada hanya dokumentasi dari kegiatan tersebut yang kini tersebar di media sosial seperti Facebook.

Satir Kondisi Kota Lama

Pegiat Cagar Budaya Kota Semarang, Tjahjono Rahardjo saat dikonfirmasi, mengaku sudah tahu tentang adanya stand banner itu. Dia juga mengamini bahwa informasi dari banner itu tidak sesuai fakta.

Meski begitu, Tjahjono tidak gusar, justru menanggapi dengan santai. Dia bahkan menduga pembuat banner tersebut sengaja membelokkan sejarah tentang Kota Lama untuk suatu tujuan tertentu.

“Saya pikir itu semacam satir atau parodi memprotes kondisi Kota Lama sekarang,” ujarnya, Minggu (7/3/2021).

Mantan anggota Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota Semarang ini menilai, apa yang dilakukan pembuat banner hampir sama dengan yang dilakukan Pemerintah Kota Semarang.

Tjahjono mencontohkan dengan pengadaan charger box yang ternyata mengadaptasi Red Box, ikon Inggris dan Britania Raya.

Juga pengadaan air mancur atau pancuran minum yang desainnya menyerupai Victorian Drinking Fountain di Pearson Park, Hull, Inggris.

Menurutnya, penempatan replika Red Box dan Drinking Fountain di Kota Lama kurang tepat. “Itu kan asli Inggris. Tidak pernah ada di Belanda maupun di Hindia Belanda, jadi tidak sesuai dengan perjalanan sejarah Kota Lama,” ungkap Tjahjono.

Dia menduga, banyak wisatawan yang tersesatkan, menganggap bahwa replika Red Box dan Drinking Fountain adalah peninggalan Belanda di Kota Lama. Dan itu hanya sebagian dari banyaknya pembelokan sejarah.

“Kalau begitu kan esensinya sama-sama membohongi publik. Makanya saya sepakat ada yang membuat parodi mengkritik kondisi Kota Lama sekarang ini,” ungkap Tjahjono. (*)

 

editor: ricky fitriyanto 

 

Baihaqi Annizar