SEMARANG (jatengtoday.com) – Pelukis tanpa tangan asal Salatiga, Sabar Subadri menggelar pameran tunggal di Mal Ciputra Semarang. Total ada 35 lukisan naturalis yang dipajang di lobi mal hingga 5 Desember 2019 mendatang.
Pameran bertajuk ‘Spirit Kehidupan’ ini dibuka Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata Jateng, Sinoeng Nugroho Rachmadi, Selasa (3/12/2019). Sinoeng menyampaikan apresiasi bagi penyandang cacat karena mampu menghasilkan karya yang bisa dinikmati banyak orang.
Pada kesempatan itu, dia juga mendorong Sabar Subadri untuk terus berkarya. Karya yang menjadi semangat dalam kehidupan. “Jadilah pelita dan jadilah inspirasi,” ujarnya.
Sementara itu, Sabar justru mengkritisi mengenai istilah disabilitas yang sering dipakai pemerintah untuk menyebut penyandang cacat. Sebab, menurutnya, kata ‘disabilitas’ justru berarti ‘tidak mampu’.
“Lha ini sudah punya karya, kok masih disebut disabilitas. Kata dasarnya kan able atau mampu. Kalau disabel berarti tidak mampu. Tolong sebut kami penyandang cacat saja,” jelasnya.
Lebih lanjut, meski tidak mempunyai kedua tangan sejak lahir, Sabar mengaku tidak banyak menghadapi kesulitan saat melukis. Termasuk ketika melukis sesuatu yang detail.
“Misalkan sawah, gambarnya itu kan mesti detail padinya atau (lukisan) yang Tenang Dalam Gejolak, itu juga berat karena banyak layer dan harus nunggu cat akriliknya kering,” jelasnya.
Dari 32 karya lukis yang dipamerkan, Tenang Dalam Gejolak, menurutnya, adalah karya terbaik. Sebab, butuh 6 minggu untuk menyelesaikan lukisan yang inspirasinya didapat saat mengunjungi mata air senjoyo, Salatiga tersebut. (*)
editor : ricky fitriyanto