SEMARANG (jatengtoday.com) — Sastrawan ternama NH Dini yang meninggal karena kecelakaan pada Selasa (4/12/2018) ternyata di masa kecilnya sempat bercita-cita menjadi masinis.
Hal itu disampaikan oleh sahabatnya, Sulis Bambang saat membacakan sejarah singkat NH Dini dalam upacara seremonial, Rabu (5/12/2018). Upacara tersebut berlangsung di Wisma Lansia Harapan Asri Kota Semarang, sebelum jenazah dikremasi di Ambarawa, Kabupaten Semarang.
Sulis menuturkan, sekalipun sejak kecil sudah ditanamkan kebiasan bercerita oleh ibunya, tetapi NH Dini tidak ingin jadi tukang cerita. Wanita yang memiliki nama panjang Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin ini justru bercita-cita jadi masinis.
“Tapi ia tidak bisa mewujudkan obsesinya itu hanya karena tidak menemukan sekolah bagi calon masinis kereta api,” ungkapnya.
NH Dini akhirnya menjadi penulis karena memang suka cerita dan kadang-kadang ingin tahu kemampuannya. Misalnya sehabis membaca sebuah karya, kata Sulis, biasanya NH Dini berpikir jika hanya begini ia pun bisa membuatnya. Dan kenyataannya ia memang mampu dengan dukungan teknik menulis yang dikuasainya.
Sulis melanjutkan, NH Dini sudah ditinggal ayahnya ketika masih duduk di bangku SMP, sedangkan ibunya hidup tanpa penghasilan tetap. “Mungkin karena itu ia jadi suka melamun,” terkanya.
Bakatnya menulis sebenarnya sudah kelihatan saat masih duduk di kelas 3 SD. Buku-buku pelajarannya penuh dengan tulisan yang merupakan ungkapan pikiran dan perasaannya sendiri. NH Dini juga pernah mengaku bahwa tulisan itu semacam pelampiasan hati.
Sulis melanjutkan, bakat menulis NH Dini semakin terasah di sekolah menengah. Waktu itu, ia sudah mengisi majalah dinding sekolah dengan sajak dan cerita pendek.
Pada usia 15 tahun, NH Dini senang menulis sajak dan prosa berirama serta membacakannya sendiri di RRI Semarang. “Sejak itu ia rajin mengirim sajak-sajak ke siaran nasional RRI Semarang dalam acara Tunas Mekar,” imbuhnya.
Hingga menjelang wafatnya, NH Dini masih aktif berkarya, baik berupa puisi, cerpen, novel, dan biografi. Karya terakhir yang ditulisnya di Wisma Lansia Harapan Asri berjudul Gunung Ungaran. (*)
editor : ricky fitriyanto