in

Lapas Perempuan Semarang Perlu Direlokasi Bukan Hanya karena Sering Banjir

Selain banjir, masalah keamanan menjadi alasan perlunya relokasi Lapas Perempuan Semarang.

Warga binaan Lapas Perempuan Semarang bersih-bersih usai banjir. (baihaqi/jatengtoday.com)
Warga binaan Lapas Perempuan Semarang bersih-bersih usai banjir. (baihaqi/jatengtoday.com)

SEMARANG (jatengtoday.com) — Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Perempuan Kelas IIA Semarang yang berlokasi di Jalan Mgr Sugiyopranoto No.59 perlu segera direlokasi. Pasalnya, kondisinya sudah tidak ideal.

Kepala Lapas Perempuan Semarang Kristiana Hambawani berharap agar wacana pemindahan yang dulu sempat dibicarakan bisa segera terealisasi.

“Harapan kami semoga bisa segera direlokasi ke tempat yang lebih layak,” ucap Kristi saat ditemui, Kamis (14/3/2024).

Menurut informasi, dulu Pemerintah Kota Semarang sempat berencana menyediakan lahan untuk relokasi Lapas Perempuan Semarang, yakni di daerah Cepoko, Kecamatan Gunungpati.

Kepala Divisi Pemasyarakatan Kemenkumham Jateng Kadiyono juga mendorong relokasi tersebut. Menurutnya, sudah saatnya lapas ini pindah tempat karena kondisinya memprihatinkan.

“Mudah-mudahan pemerintah setempat bisa mendengar dan merespons dengan baik mau menyediakan tanah yang lebih strategis,” ucapnya saat meninjau kondisi banjir Lapas Perempuan Semarang.

 

Warga binaan Lapas Perempuan Semarang menjemur pakaian usai banjir. (baihaqi/jatengtoday.com)
Warga binaan Lapas Perempuan Semarang menjemur pakaian usai banjir. (baihaqi/jatengtoday.com)


Kerap Kebanjiran

Lapas ini kerap dilanda banjir setidaknya dalam empat tahun terakhir. Menurut Kalapas Kristiana, banjir paling parah terjadi pada tahun 2024 ini, baik dari segi ketinggian air maupun kecepatan surutnya.

Kristiana yang akrab dipanggil Kristi mengatakan, banjir terjadi sejak Rabu (13/3/2024) pukul 16.00 usai Kota Semarang diguyur hujan deras dengan intensitas yang cukup lama.

Air menggenangi area lapas hingga setinggi betis orang dewasa. Bahkan air sempat ada yang memasuki blok kamar hunian narapidana atau warga binaan, meskipun tak lama kemudian surut.

Kristi mengungkap alasan mengapa Lapas Perempuan Semarang kerap kebanjiran. Menurutnya, kondisi lapas lebih rendah daripada jalan raya sehingga air sulit keluar.

 

Warga binaan Lapas Perempuan Semarang yang menghuni bangunan cagar budaya sedang beraktivitas di tengah banjir. (baihaqi/jatengtoday.com)
Warga binaan Lapas Perempuan Semarang yang menghuni bangunan cagar budaya sedang beraktivitas di tengah banjir. (baihaqi/jatengtoday.com)


Tak Bisa Sembarangan Direnovasi

Selain alasan banjir, ternyata ada beberapa alasan lain mengapa Lapas Perempuan Semarang atau Lapas Wanita Bulu ini mendesak untuk direlokasi.

Kata Kristi, walaupun banjir terus berulang, peninggian area dan bangunan ini tidak mungkin dilakukan.

Pasalnya, Lapas Perempuan Semarang yang sudah berdiri sejak tahun 1894 ini sudah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya. Sehingga renovasi disebut bukan solusi.

“Renovasi tidak bisa sembarangan karena sini cagar budaya,” ungkap Kristi.

 

Warga binaan Lapas Perempuan Semarang beraktivitas di tengah banjir. Di belakangnya terlihat perumahan penduduk berlantai dua yang bersebelahan dengan lapas. (baihaqi/jatengtoday.com)
Warga binaan Lapas Perempuan Semarang beraktivitas di tengah banjir. Di belakangnya terlihat perumahan penduduk berlantai dua yang bersebelahan dengan lapas. (baihaqi/jatengtoday.com)


Lingkungan Kurang Aman

Relokasi Lapas Perempuan Semarang perlu dilakukan karena alasan keamanan. Sebab, lapas ini dianggap rawan lantaran berada di tengah permukiman padat penduduk berlantai dua.

“Dari segi keamanan, kurang. Sisi kanan, kiri, dan belakang lapas sudah hunian lantai dua,” ujar Kristi.

Selain itu, tembok pembatas Lapas Perempuan Semarang dengan permukiman bisa dibilang kurang tinggi. Apalagi ketinggian tembok perlahan berkurang karena amblasan tanah.

 

Warga binaan Lapas Perempuan Semarang beraktivitas di blok kamarnya.  (baihaqi/jatengtoday.com)
Warga binaan Lapas Perempuan Semarang beraktivitas di blok kamarnya. (baihaqi/jatengtoday.com)


Jumlah Napi Overload

Lapas Perempuan Semarang semakin perlu direlokasi lantaran jumlah warga binaan atau narapidana sudah melebihi kapasitas alias overload.

Kalapas Kristi menjelaskan, total warga binaan saat ini mencapai 243 orang. Padahal kapasitas idealnya sebenarnya 174 orang.

“Sudah overload sejak lama. Bahkan selama saya di sini, jumlah warga binaan pernah sampai 300 orang,” paparnya. (*)

editor : tri wuryono