in

Kampanye saat Pandemi, Harus Ada Inovasi Politik

SEMARANG (jatengtoday.com) – Kampanye paslon pada Pilkada serentak 2020 butuh kreativitas. Sebab, di masa pandemi ini kampanye dilarang mengumpulkan massa seperti Pilkada sebelumnya. Mengumpulkan massa hanya boleh dilakukan di ruangan tertutup. Itu pun maksimal 50 orang.

Praktis, kampanye virtual menjadi agenda rutin untuk melaksanakan substansi-substansi politik. Meski begitu, kampanye virtual dinilai tidak seefektif tatap muka. Ada banyak faktor yang memengaruhinya. Mulai dari cara berkomunikasi, kondisi jaringan internet, hingga minat masyarakat untuk mengikuti kampanye virtual.

Memanggapi fenomena ini, pengamat politik Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Teguh Yuwono menuturkan, paslon dituntut punya inovasi soal cara menyampaikan program-program saat kampanye.

“Kampanye virtual bisa diisi kegiatan produktif. Seperti lomba desain pembangunan, program kebijakan kabupaten/kota. Ini bisa diikuti seluruh masyarakat. Kemudian kesadaran tentang kesehatan, lingkungan, dan lain sebagainya. Kalau kreatif, tentu masyarakat akan termotivasi,” paparnya, Rabu (7/10/2020).

Dikatakan, kampanye merupakan pengenalan program-program paslon yang akan dijalankan ketika tepilih menjadi kepala daerah. “Yang menarik justru bagaimana respon masyarakat dalam menanggapi hal itu. Ini yang perlu dicermati,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Teguh menilai, kampanye yang telah dilakukan paslon, beberapa waktu lalu sudah cukup baik. Beberapa ada yang masih melakukan blusukan. Seperti Hendi-Ita di Semarang dan Gibran-Teguh di Surakarta.

“Beberapa paslon masih melakukan blusukan meski polanya berbeda. Tapi apa pun istilahnya, ini bagian dari dinamika menghadapi sistem kampanye saat pandemi,” tandasnya. (*)

 

editor: ricky fitriyanto