SEMARANG (jatengtoday.com) – Salah satu lokalisasi atau tempat prostitusi terbesar di Kota Semarang adalah Resosialisasi Argorejo atau akrab disebut ‘Sunan Kuning’ (SK).
Isu penutupan tempat yang juga sering disebut “lapangan tembak” di RW 4, Kelurahan Kalibanteng Kulon, Kota Semarang, sebetulnya sudah lama. Sosialisasi dan sejumlah pelatihan keterampilan bagi para penghuni masih terus dilakukan.
Namun hal itu tetap saja membuat sejumlah pihak khawatir mengenai keseriusan pemerintah. Mereka khawatir penutupan dilakukan ‘asal tutup’ tanpa konsep solusi penanganan lanjutan secara jelas.
“Ya, kami sudah tahu sejak lama. Pelatihan dan sosialisasi sudah dilakukan, meski apa adanya. Tapi kalau dilakukan 2018 ini kami belum siap,” kata salah satu penghuni Lokalisasi Argorejo, AN (45) kepada jatengtoday.com, Minggu (19/8/2018).
Dikatakannya, hampir semua penghuni lokalisasi tersebut mengontrak rumah di kawasan itu. Mereka menolak karena mengontrak rumah dengan harga mahal. “Kontrak rumah setahun bisa mencapai Rp 100 juta. Akan rugi kalau tiba-tiba digusur tanpa ganti rugi,” katanya.
Menurutnya, pemerintah memang sudah berupaya melakukan persiapan. Namun upaya tersebut tidak jelas arahnya ke mana. Sebab, pelatihan-pelatihan yang dilakukan belum sepenuhnya maksimal. “Uang modal yang diberikan harus jelas berapa. Harus ada pendampingan pengembangan usaha secara berkelanjutan, ke mana produk barang akan dipasarkan dan seterusnya,” katanya.
Suwandi Eko Putranto, Ketua Resosialisasi Argorejo Semarang, menyebut sedikitnya terdapat 177 wisma karaoke, dikelola oleh 158 mucikari dan sebanyak 487 wanita pekerja seks komersial (PSK) tersebar di 6 RT, dengan lahan seluas 3,5 hektare. “Kurang lebih 240 tenaga operator karaoke, puluhan tukang laundry, toko kelontong dan ratusan pedagang kaki lima (PKL). Diperkirakan, transaksi perputaran uang per-hari rata-rata tak kurang dari Rp 500 juta,” katanya.
Dalam satu bulan, terdapat transaksi keuangan kurang lebih Rp 15 miliar di lokalisasi ini. Tidak hanya itu, masih ada persoalan lain, yakni terdapat ratusan wanita yang bekerja sebagai pemandu karaoke freelance yang tidak terdata oleh pengurus. “Kami berharap pemerintah tidak buru-buru,” katanya.
Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kota Semarang, Tommy Yarmawan Said, menegaskan pihaknya akan melakukan penutupan Lokalisasi Argorejo akhir 2018 ini. “Kami harapkan (penutupan lokalisasi argorejo) bisa dilakukan tahun ini (2018). Sejauh ini telah dilakukan persiapan-persiapan, misalnya pelatihan-pelatihan keterampilan, dan sosialisasi terus dilakukan sembari menunggu perkembangan,” katanya.
Dia berharap, akhir 2018 bisa dilakukan penutupan Lokalisasi Argorejo atau paling lambat 2019. Sedangkan untuk solusi penanganan setelah Lokalisasi Argorejo ditutup, kata dia, pemerintah akan memberikan bantuan modal bagi para penghuni lokalisasi.
“Ini program dari Kementerian Sosial, ada bantuan berupa uang. Bantuan uang tersebut diberikan kepada masing-masing penghuni Lokalisasi Argorejo untuk digunakan sebagai modal usaha. Rencananya, mereka dikembalikan ke daerahnya masing-masing. Karena rata-rata mereka bukan warga asli Semarang. Jumlahnya kurang lebih 500 orang,” katanya.
Bantuan tersebut diutamakan bagi penghuni resmi atau tercatat melalui setiap pendataan. “Bukan penghuni kos-kosan lho ya. Yang susah, adanya penghuni kos-kosan yang tidak terdata. Tapi informasinya sebagian sudah pada keluar,” katanya.
Adapun, kekhawatiran praktik prostitusi akan berkeliaran pasca Argorejo ditutup, Tommy mengaku telah melakukan koordinasi dengan Satpol PP Kota Semarang. Hal itu, lanjut dia, sesuai dengan kewenangan Satpol PP untuk operasi sesuai tupoksi. Setelah dilakukan penutupan, rencananya Kampung Argorejo dijadikan sebagai pusat kuliner dan pendidikan.
“Kalau nggak dijadikan kawasan pendidikan, nantinya dijadikan kawasan pengembangan usaha UMKM. Pusat oleh-oleh, macem-macem lah. Yang penting kan ditutup dulu. Nanti secara bertahap ditata, kami kan sedang melatih mereka. Ini masih berjalan pelatihannya,” katanya.
Saat ini, kata Tommy, banyak pelatihan yang diberikan kepada para penghuni Lokalisasi Argorejo. Jenis pelatihan yang diberikan juga beraneka ragam, sesuai dengan minat, keinginan dan permintaan mereka. “Kegiatan pelatihan dilakukan sesuai dengan keinginan mereka apa,” katanya. (*)
editor : ricky fitriyanto