SEMARANG (jatengtoday.com) – Harga ayam di peternak masih anjlok. Jika pemerintah tidak ambil langkah, dikhawatirkan akan makin banyak peternak ayam yang gulung tikar.
Saat ini, harga ayam di peternak hanya sekitar Rp 12 ribu per ekor. Sementara ongkos produksi untuk membeli anakan, perawatan, dan pakan, sekitar Rp 18 ribu per ekor.
”Dengan harga jual Rp 18 ribu ini saja sebenarnya impas. Apalagi saat ini harga hanya Rp 12 ibu per ekor. Jelas rugi,” ungkap peternak unggas mandiri dari Temanggung, Sukahono, Sabtu (18/7/2020).
Meski rugi, ayam tetap akan dilepas dengan harga Rp 12 ribu. Sebab, jika tetap disimpan, justru makin merugi. Biaya perawatan dan pakan tetap jalan. Tingkat kematian ayam pun makin tinggi.
“Jadi tetap kami lepas dengan harga segitu,” imbuhnya.
Beberapa waktu lalu, saat awal pandemi corona, lanjutnya, harga ayam di peternak makin parah. Diperkirakan, karena suplai ayam pedaging menumpuk tidak tersalurkan ke pasaran secara optimal.
“Permintaan konsumen turun maka hasil komoditas peternak ayam tidak terserap pasar secara maksimal jadi peternak mengalami penurunan omzet yang cukup siginifikan,” ungkapnya.
Selain itu, harga ayam broiler di pasaran sangat fluktuatif. Untuk harga normal rata-rata diatas Rp 18 ribu per ekor. “Kemarin sempat Rp 10 ribu per ekor. Sekarang sudah mulai merangkak naik di atas Rp12 ribu,” ucapnya.
Senada diungkapkan peternak asal Magelang, Agus Sujoko. Dikatakan, jika permintaan pasar terus menurun dan bertahan beberapa lama maka potensi akan ada peternak mandiri terancam merugi bahkan berpotensi tutup.
“Pandemi Covid-19 ini sangat berdampak kalau dibiarkan semakin lama bisa jadi peternak mandiri bisa tutup dengan sendirinya, produk tidak laku apalagi dijual murah dan tidak balik modal,” ujarnya.
Melihat fenomena ini, Ketum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jateng Paradigma Baru, Ali Abdul Rohman coba ambil sikap. Pihaknya menjembatani antara peternak ayam dan pemerintah untuk mecari solusi.
Ali mempertemukan para peternak ayam mandiri dengan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI), BUMN yang bergerak di bidang perdagangan. ”Kami ingin bertindak nyata agar peternak mandiri bisa bertahan, bahkan kembali normal seperti semula,” tegasnya.
Dikatakan, peternak ayam juga terantuk masalah jika kenaikan harga pakan. Sementara harga ayam justru turun. ”Bisa dibayangkan kalau BEP produksi Rp 18 ribu hasil ternak dibeli dibawah harga, misalnya Rp 12 ribu, maka mereka sudah rugi Rp 6 ribu. Dan kalau dikalikan dengan jumlah panen sudah tidak karuan kerugian peternak,” terangnya.
Kepala Divisi Produksi PT PPI, Irwano mengatakan, pihaknya berencana memborong ayam dari peternak. Sayangnya, sesuai ketentuan, PT PPI hanya bisa membeli ayam dengan harga Rp 17.500 per ekor. Tidak bisa lebih.
“Kami bisa membantu dengan membeli hasil ayam dari peternak dengan harga Rp 17.500. Ini untuk menyelamatkan peternak ayam agar tidak terlalu rugi,” jelasnya.
Meski begitu, tidak semua peternak ayam bisa mendapatkan bantuan ini. Ada beberapa ketentuan yang harus dipenuhi. Salah satunya, peternak tidak dalam kontrak alias peternak mandiri.
“Kami juga tidak bisa membeli dari semua peternak mandiri. Volume atau jumlah yang akan dibeli tergantung kondisi di lapangan. Ayam yang kami beli ini akan didistribusikan ke pasar-pasar,” tandasnya. (*)
editor : tri wuryono