SEMARANG (jatengtoday.com) – Dibalik aktivitas kehidupan perkotaan, terdapat ancaman virus mematikan. Virus berbahaya tersebut terutama mengincar alat reproduksi wanita yang dikenal dengan penyakit kankers serviks. Salah satunya disebabkan oleh seks bebas.
Tidak hanya seks bebas, minimnya kesadaran dan pengetahuan para wanita mengenai kebersihan dan kesehatan alat reproduksinya juga rawan menyebabkan kanker serviks. Hingga kini angka penderita kanker serviks di Indonesia terus meningkat.
Bahkan World Health Organization (WHO) memprediksi pada 2030 mendatang, penderita kanker serviks di Indonesia bisa meningkat tujuh kali Iipat. “Setiap tahun tidak kurang dari 15 ribu wanita terjangkit penyakit kanker serviks di Indonesia. Setiap hari terdapat 40 wanita yang terdiagnosis kanker serviks. Kalau dirata-rata, 20 wanita diantaranya meninggal setiap hari,” ungkap dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Kariadi Semarang, Dr dr T Mirza Iskandar SpOG (K) Onk.
Pada 2016 tercatat 17,8 juta jiwa menderita kanker serviks, meningkat menjadi 21,7 juta jiwa pada 2017. Kanker serviks ini menjadi pembunuh wanita paling ganas di dunia.
“Salah satu penyebabnya adalah perilaku seks bebas,” katanya.
Saat ini, Indonesia menjadi negara tertinggi kedua dalam kasus penderita kanker serviks tersebut. Sedangkan di Kota Semarang setiap bulan ditemukan sebanyak 300-400 kasus kanker serviks. “Bayangkan, setiap satu jam ada satu orang yang meninggal akibat kanker serviks,” katanya.
Menurut dia, tingginya angka kanker serviks di Indonesia juga dipengaruhi masih minimnya kesadaran dan pengetahuan perempuan dalam mendeteksi kanker serviks. “Tingkat kesadaran perempuan pada 2008 hanya 5 persen dari jumlah penduduk Jawa Tengah. Sekarang naik menjadi 11 persen. Ini terbilang masih sangat rendah, mengingat target kami 25 persen,” katanya.
Dulu, rata-rata kanker serviks menyerang perempuan usia 45 tahun keatas. Sekarang bisa menyerang perempuan usia 35 tahun. Selain mendeteksi dini, perempuan harus bisa mengantisipasi sendiri dengan menjaga organ reproduksi dan perilaku seksual serta pola hidup sehat. “Untuk menanggulangi kanker serviks perlu peran serta pemerintah dengan melibatkan dharma wanita, PKK di lingkup kelurahan. Istri kepala daerah kabupaten dan kota masih sangat jarang terlibat sosialisasi,” katanya.
Sementara itu, Regional Head Prodia Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, Endang Hariani mengatakan pihaknya juga telah aktif terlibat sosialisasi kepada masyarakat. “Ini juga membantu peran pemerintah untuk menanggulangi penyakit kanker serviks. Kami berusaha melakukan edukasi terhadap pola hidup sehat terhadap organ reproduksi perempuan, sehingga bisa terbebas dari kanker serviks,” katanya.
Dia menyarankan agar para perempuan memiliki kesadaran untuk memeriksa secara rutin di laboratorium. Hal ini sebagai upaya mendeteksi secara dini agar terhindar dari bahaya kanker serviks. “Kami juga menyediakan pemeriksaan sebagai langkah preventif. Misalnya pemeriksaan pap smear,” katanya.
Menurutnya deteksi dini kanker serviks sangat penting untuk tindakan preventif. Karena masih banyak perempuan yang mengabaikan. “Semakin bisa terdeteksi dini, maka semakin besar peluang sembuh,” katanya.
Selain itu, perlu terus dilakukan penyadaran pola hidup sehat terhadap organ reproduksi perempuan. Sehingga lambat laun Indonesia bisa terbebas dari kanker serviks. “Ini untuk menekan terjadinya penyakit yang mematikan,” katanya. (abdul mughis)
editor : ricky fitriyanto