SEMARANG (jatengtoday.com) – Sebagian warga Kota Semarang dikagetkan dengan fenomena langka berupa hujan es pada Rabu (27/3/2019) sore. Meskipun hanya berlangsung dalam durasi yang cukup singkat, tetapi banyak yang merasa kebingungan hingga ketakutan.
Berdasarkan info yang beredar, kejadian tersebut berlangsung di beberapa tempat. Seperti di sebagian daerah Gombel, Banyumanik, dan daerah Arya Mukti, Pedurungan, serta daerah Jatingaleh.
Prakirawan BMKG Ahmad Yani Semarang, Muh. Syifa’ul Fuad saat dikonfirmasi, membenarkan hal tersebut. Namun, karena fenomena hujan es seperti itu umumnya berskala lokal, pihaknya tidak bisa memprediksi jauh-jauh hari sebelumnya. BMKG juga tidak bisa memastikan lokasi pasti kejadiannya, kecuali ada informasi dari masyarakat.
“Untuk lokasinya sifatnya lokal dan sebelum kejadian kita tidak bisa menyebut secara spesifik dimana itu. Kalau setelah kejadian baru tahu setelah ada masyarakat yang melapor,” ujarnya saat dihubungi.
Menurutnya, hujan es merupakan fenomena cuaca alamiah yang biasa terjadi. Kejadian hujan lebat atau hujan es disertai kilat dan angin kencang berdurasi singkat lebih banyak terjadi pada masa pancaroba. Baik dari musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya.
Yang jelas, katanya, sebelum hujan es terjadi, BMKG telah memberi peringatan dini mengenai kondisi cuaca di Jateng. Bahwa dari pagi hingga petang, berpotensi terjadi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, dapat disertai petir dan kadang didahului angin kencang.
“Kami sudah mengeluarkan peringatan dini melaui medsos dan media radio tadi pagi,” beber Fuad.
Lebih lanjut dia menerangkan, ada beberapa indikasi yang bisa diamati oleh orang awam sebelum terjadi hujan es. Biasanya, satu hari sebelumnya, udara pada malam hari hingga pagi hari terasa panas dan gerah. Hal ini diakibatkan adanya radiasi matahari yang cukup kuat, ditunjukkan oleh nilai perbedaan suhu udara disertai kelembaban yang cukup tinggi.
Adapun luas wilayah yang terdampak, kata Fuad, berkisar 5-10 KM. Waktunya juga terbilang singkat, antara kurang dari 10 menit. “Lebih sering terjadi pada siang atau sore hari, dan terkadang menjelang malam hari,” tandasnya. (*)
editor : ricky fitriyanto