in

Duh, Nonton Semarang Bridge Fountain, Warga Nekat Parkir Diatas Jembatan

SEMARANG (jatengtoday.com) – Tak perlu jauh-jauh pergi ke Sungai Han, Korea Selatan untuk menikmati atraksi air mancur dengan tata cahaya yang apik diiringi alunan musik. Kota Semarang siap meluncurkan objek wisata serupa di Sungai Banjir Kanal Barat (BKB).

Saat ini uji coba proyek bernama Semarang Bridge Fountain tersebut terus dilakukan. Adanya air mancur menari itu pun membuat jembatan BKB tampak megah. Jembatan yang tadinya hanya diterangi lampu jalan, seketika berubah menjadi panggung pertunjukan.

Ratusan warga menonton dari bantaran Banjir Kanal Barat. baihaqi/jatengtoday.com.

Tak pelak, hal tersebut menarik perhatian masyarakat. Ratusan warga memadati area sekitar jembatan. Bahkan tak sedikit pengendara yang sedang melintas, berhenti sejenak untuk melihat atraksi yang infrastrukturnya memakan dana Rp 17 miliar tersebut.

Sayangnya, hal itu justru membuat arus lalu lintas cukup tersendat. Penataan parkirnya masih semrawut.

Andi (29) seorang juru parkir di kawasan tersebut menuturkan, pihaknya sebenarnya telah melarang pengendara parkir sembarangan, apalagi parkir di atas jembatan. Namun lanjutnya, banyak yang tidak mau mengindahkan imbauannya.

“Kami sudah mengingatkan untuk tidak parkir di atas jembatan karena bisa bikin macet. Kami arahkan supaya parkir di sana (sambil menunjuk Jalan Madukoro), tapi banyak yang pada ngeyel,” jelasnya, Minggu (23/12/2018) malam.

Pantauan di lokasi, saat ini kantong parkir hanya tersedia di Jalan Madukoro Raya dan Jalan Kokrosono. Mayoritas pengunjung memarkirkan kendaraannya di situ. Sebagian kecil ada yang parkir di Jalan Bojong Salaman dan Jalan Basudewo.

Di Jalan Madukoro, parkir ditempatkan di sebelah kiri ruas jalan. Arus lalu lintas tidak terlalu terganggu karena cukup lengang. Sedangkan di Jalan Kokrosono tidak ditempatkan di pinggir jalan, melainkan masuk ke bantaran sungai kawasan itu. Kebetulan di situ ada sedikit area untuk parkir roda dua.

Selebihnya parkir sembarangan di pinggir-pinggir jalan. Banyak dari mereka yang berdalih hanya berhenti sebentar sehingga tidak disebut parkir.

Ahmad Sahlan (21) salah satunya. Mahasiswa Unwahas tersebut enggan untuk diarahkan juru parkir karena tidak ada lahan parkir resminya.

“Tadi saya sudah mau parkir, tapi di sana (pinggir Jalan Madukoro). Sama-sama parkir di pinggir jalan, mending di sini (atas jembatan), tidak perlu mbayar. Salahnya tidak disediakan tempat parkir resmi,” gerutunya sembari melihat atraksi air. (*)

editor : ricky fitriyanto

Baihaqi Annizar