SEMARANG (jatengtoday.com) – Pasca penutupan Lokalisasi Sunan Kuning, sebanyak 448 wanita pekerja seks (WPS) diinstruksikan untuk pulang ke kampungnya masing-masing. Setiap WPS diberi pesangon Rp 5 juta.
Seremonial penutupan lokalisasi dilakukan di halaman balai RW IV Kelurahan Kalibanteng Kulon, Kecamatan Semarang Barat, Kota Semarang, Jumat (18/10/2019).
Salah satu WPS asal Kota Salatiga, Ratih (35) mengaku belum tahu nasibnya ke depan. Bahkan dia pesimis bisa bertahan hidup dengan modal yang saat ini ia miliki. Sebab, tantangannya tentu sangat besar.
“Saya ini kan di rumah punya tanggungan keluarga, ada anak, ada orang tua. Selama ini mereka bergantung hidup pada saya yang berkerja di luar kota,” ujarnya saat ditemui di lokasi.
Ratih menyadari apa yang dilakukannya merupakan hal keliru. Dia juga sudah berkeinginan lama keluar dari dunia gelap tersebut. Namun kalau saat ini, dirinya mengaku belum siap.
“Sekarang kan posisinya saya masih punya hutang banyak. Makanya mikir dua kali, gimana setelah ini, pekerjaan belum ada, otomatis kan nggak ada pendapatan,” ceritanya sembari menunduk.
Apalagi, kata Ratih, sebagian besar tetangganya sudah mengetahui pekerjaannya selama ini. Otomatis hal itu akan menghambat proses pencarian pekerjaan, lebih-lebih pola bermasyarakatnya nanti.
“Saya belum tahu nanti bisa diterima masyarakat atau tidak. Kalau mentok ya keluar kota lagi, nyari pekerjaan,” ucapnya.
Cerita memilukan juga diungkapkan Citra (40) warga Kabupaten Jepara yang menjadi WPS di Sunan Kuning. Dia juga mengaku bingung mau bekerja apalagi setelah penutupan ini.
“Kerja di tempat orang lain belum tentu diterima. Mau buka usaha sendiri, ini cuma dikasih modal cuma Rp 5 juta, bisa buka usaha apa coba?” celetuk Citra.
Selama ini, katanya, ia sudah berusaha keluar dari profesi WPS. Namun gagal. “Saya sudah sering coba buka usaha, sampai buka usaha online juga, tapi tetap saja nggak laku, kalau laku juga sedikit,” tegasnya.
Citra berharap, Pemkot Semarang tak hanya berkomitmen untuk menutup lokalisasi, tetapi juga memikirkan nasib para WPS-nya. (*)
editor : ricky fitriyanto