SEMARANG (jatengtoday.com) – Krisis iklim mengakibatkan beberapa desa di Kabupaten Demak terkena abrasi dan terancam tenggelam. Pemerintah didesak segera menyusun langkah-langkah pemulihan desa pesisir.
Direktur LBH Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan (APIK) Semarang, RR Ayu Hermawati Sasongko mengatakan, langkah pemulihan dapat dimulai dengan menghentikan proyek-proyek yang akan memperburuk kualitas lingkungan hidup.
Salah satunya Proyek Tol dan Tanggul Laut Semarang-Demak. Proyek tersebut telah membuat amblesan tanah semakin menurun dan mengancam kehidupan masyarakat.
“Perlu ditinjau ulang pembangunan tol laut Semarang-Demak terkait amblesan tanah yang setiap tahun turun sekitar 10-15 sentimeter,” tegas Ayu saat dikonfirmasi, Senin (8/3/2021).
Dia mencontohkan dengan dampak yang dirasakan warga Dukuh Timbulsoko, Kabupaten Demak. Abrasi mulai menghantam dukuh tersebut sejak 2010 sampai sekarang. Sehingga warga kehilangan pekerjaan karena abrasi mengakibatkan lahan persawahan dan tambak rata dengan air laut.
Kondisi warga di sana sangat memprihatinkan. Sekitar 170 kepala keluarga terpaksa bertahan hidup di tengah genangan air laut yang semakin meninggi, dengan cara meninggikan rumah dan membangun jalan dari dana swadaya.
Warga Dukuh Timbulsloko Februari 2021 mulai membangun jalan yang menjadi akses satu-satunya masuk desa. Pembangunan jalan tersebut dari iuran warga dan sampai sekarang belum selesai.
LBH APIK bersama lembaga Persaudaraan Perempuan Nelayan Indonesia (PPNI), Koalisi Rakyat Untuk Keadilan Perikanan (KIARA), Puspita Bahari, dan Yayasan Paralegal Pertiwi telah melakukan penggalangan dana untuk membantu pembangunan tersebut.
Lembaga-lembaga tersebut melakukan kegiatan dengan tema “Solidaritas Gerakan Perempuan di Masa Pandemi Covid 19 dan Dampak Bencana Iklim” sebagai rangkaian dari Peringatan Hari Perempuan Internasional yang diperingati setiap 8 Maret. (*)
editor: ricky fitriyanto