in

Data Bappeda: Harapan Hidup Lansia di Kota Semarang Hingga 79 Tahun

SEMARANG (jatengtoday.com) – Harapan hidup di Indonesia rata-rata 60 tahun. Namun tidak menutup kemungkinan seseorang bisa memiliki harapan hidup di atas usia 60 tahun dalam kurun tertentu.
Hasil kajian Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Semarang menunjukkan angka harapan hidup untuk usia 60 tahun ke atas memiliki persentase cukup tinggi, yakni 77,21 persen.

Dengan demikian, seorang lanjut usia (Lansia) 60 tahun, masih bisa bertahan atau memiliki harapan hidup kurang lebih 19 tahun lagi. “Berdasarkan angka harapan hidup Lansia di Kota Semarang mencapai 77,21 persen. Artinya, orang lanjut usia kalau masih bekerja di usia 60 tahun masih punya harapan hidup kurang lebih 19 tahun lagi secara layak,” kata Kepala Bappeda Kota Semarang, Bunyamin, Selasa (14/5/2019).

Dikatakannya, Kota Semarang masih dalam kategori layak untuk kehidupan para Lansia. Menurutnya, ada beberapa faktor yang menunjang Kota Semarang layak bagi Lansia. “Tipologi masyarakat juga sangat mendukung kelayakan Lansia untuk tetap hidup di Kota Semarang. Di antaranya keberadaan infrastruktur pendukung sudah berpihak kepada para lansia itu sendiri. Berbeda dengan kota-kota besar lainnya yang kelayakan untuk Lansia melangsungkan hidup sangat rendah,” katanya.

Menurut data Bappeda Kota Semarang, per 2018, jumlah Lansia di atas usia 60 tahun saat ini sebanyak 165 ribu orang. Sebagian besar lansia bisa merasakan hidup layak saat tinggal di Kota Semarang. Bahkan, kata dia, para Lansia turut berkontribusi dalam pembangunan Kota Semarang. “Misalnya peran Lansia di kampung-kampung dalam program Musrenbang. Mereka masih dominan sebagai penggerak warga. Para Lansia yang memiliki keaktifan tersebut rata-rata telah dimulai saat mereka masih muda,” katanya.

Atas fenomena itu, Bunyamin menegaskan Pemkot Semarang berkomitmen memberi ruang perhatian untuk Lansia. Mulai dari perhatian infrastruktur pendukung maupun pelayanan lain yang mendukung harapan hidup Lansia secara layak.
“Termasuk dalam hal pelayanan kesehatan khusus bagi Lansia, transportasi massal ramah Lansia, komunikasi, taman lansia, dan lain-lain,” katanya.

Lebih lanjut, kata dia, berdasarkan hasil kajian Bappeda, para Lansia di Kota Semarang diketahui memiliki perkumpulan hingga tingkat kelurahan. Terbentuk organisasi dan pengurus yang mendata anggota. “Ini memudahkan apabila ada yang sakit bisa cepat dilakukan penanganan,” katanya.

Mengenai infrasruktur, lanjutnya, sejumlah infrastruktur pendukung seperti kamar mandi umum khusus Lansia telah dipikirkan oleh pemerintah. “Misalnya desain kamar mandi disesuaikan dengan kebutuhan Lansia. Lansia tidak kuat jongkok dalam waktu lama, maka diberikan fasilitas pegangan di kamar mandi,” katanya.

Bunyamin menyebut, Pemkot Semarang memberikan anggaran untuk pemberdayaan Lansia senilai Rp 40 juta setiap tahunnya bagi setiap kecamatan. “Anggaran tersebut bisa digunakan untuk pemeriksaan kesehatan, senam Lansia, sosialisasi penanganan penyakit, pembinaan keagamaan, hingga motivasi,” katanya. (*)

editor : ricky fitriyanto

Abdul Mughis