UNGARAN (jatengtoday.com)–Kualitas air di danau Rawapening, yang berada di wilayah Kabupaten Semarang, Jawa Tengah masih berstatus tercemar sedang. Sehingga berbagai langkah untuk memperbaiki kualitas air ini terus didorong oleh Perum Jasa Tirta (PJT) 1.
Antara lain melalui restorasi daya dukung lingkungan, baik yang ada di kawasan utama maupun kawasan penyangga danau Rawapening. Seperti hari ini, PJT 1 bersama dengan Kementerian PUPR, PLN (Indonesia Power) dan stakeholder terkait, menggelar Sosialisasi Pelestarian Lingkungan Danau Rawapening dan Penebaran Benih Ikan.
Melengkapi kegiatan ini juga dilaksanakan pelatihan singkat terkait dengn pemanfaatan batang enceng gondok sebagai bahan baku berbagai macam kerajinan tangan yang memiliki nilai keekonomian.
Kepala Divisi Jasa ASA Wilayah Sungai Jratun Seluna Perum Jasa Tirta I, Didit Priambodo mengungkapkan, hingga hari ini, danau Rawapening masih menghadapi permasalahan utama berupa kualitas air, selain sedimentasi dan over populasi enceng gondok.
Terkait dengan kualitas air, jelasnya, PJT 1 selama ini juga rutin melakukan pengujian. Masing- masing di 14 titik anak sungai yang bermuara di danau Rawapening serta di sejumlah titik di badan danau Rawapening.
Hasil pengujian ambang batas kualitas air pada semester akhir tahun 2024, beberapa waktu lalu, untuk kualitas air danau –yang menghampar di wilayah Kecamatan Bawen, Tuntang, Banyubiru dan Kecamatan Ambarawa ini berstatus tercemar sedang.
Menurutnya ada beberapa parameter kandungan senyawa yang menyebabkan kualitas air danau ini masih melebihi batasan baku mutu yang sudah ditetapkan. Antara lain seperti Biological Oxygen Demand (BOD), Nitrogen dan Phospat.
Komponen- komponen inilah yang mengindikasikan air danau Rawapening ini over nutrient yang –bisa jadi—disebabkan karena aktivitas pertanian dan budidaya perikanan. Karena ada penggunaan pupuk kimia dan pakan ikan yang jika terlalu banyak akan mencemari.
Kondisi ini juga berdampak pada populasi gulam air enceng gondok. “Makanya, eneng gondok di danau Rawapening ini sudah mengalami over populasi dan sebelum dilakukan revitalisasi hampir 80 persen permukaan air danau Rawapening ini tertutup oleh enceng gondok,” tegasnya.
Setelah lima tahun dilakukan revitalisasi, lanjut Didit, kondisi danau Rawapening saat ini sudah jauh lebih baik. Maka upaya- upaya menjaga keletarian danau Rawapening ini tetap dilakukan secara berkelanjutan.
Selain rehabilitasi dan penguatan daya dukung linkungan di sekitar danau, penambahan populasi ikan melalui penebaran 50 ribu ekor ikan nila dan nilem kali ini –salah satunya—juga untuk memulihkan ekosistem perikanan di danau Rawapening.
Di satu sisi, harapannya nanti juga akan bisa mengurangi ketergantungan masyarakat sekitar terhadap perikanan budidaya untuk beralih pada perikanan tangkap. “Dengan demikian kualitas air danau Rawapening ini beranngsur- angsur akan membaik dan enceng gondok ini juga bisa berkurang,” tandasnya.
Sementara itu, perwakilan BBWS Pemali- Juana, Lalu Ardian menuturkan, penanganan persoalan lingkungan di danau Rawapening ini cukup pelik dan memang membikin pening. Baik karena tingginya sedimentasi maupun penanganan enceng gondok.
Jika diibaratkan, danau Rawapening yang awalnya seperti mangkok, sekarang ini sudah menjadi seperti piring, dangkal akibat tingginya sedimentasi. Sementara laju pertumbuhan enceng gondok juga berlangsung sangat cepat, terutama jika ditebas.
Khusus dalam penanganan enceng gondok ini, BBWS selaku pelaksana teknis pemeliharaan Rawapening Kementerian PUPR hingga saat ini mengoperasikan sedikitnya 14 harvester dan alat berat untuk mengendalikan sedimentasi di danau Rawapening.
Termasuk yang saat ini on progres adalah penanganan sedimentasi dengan cara disedot dengan pompa yang diperkirakan sudah akan selesai di bulan Desember tahun ini.
Sepakat dengan Didit, Lalu juga berharap melaui Kegiatan sosialisasi seperti ini upaya- upaya pelestarian danau Rawapening bisa dilakukan dengan partisipasi banyak pihak dan terus berkesinambungan. “Karena BBWS mmang tidak bisa sendirian mengurus danau Rawapening ini,” tambahnya.
Dalam kesempatan ini, Kepala Dinas ingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Semarang, Heru Purwantoro menambahkan, danau Rawapening merupakan salah satu dari 15 danau yang penanganannya diprioritaskan oleh Pemerintah Pusat karena pemanfaatannya yang multi fungsi.
Sehingga terkait dengan status mutu airnya, saat ini telah dilakukan dengan teknologi onlimo yang memungkinkan hasil pengawasannya bisa dipantau langsung secara online oleh Kementerian di KLHK maupun DLH Kabupaten Semarang.
“Sentuhan teknologi dalam pemantauan kualitas air ini sudah diaplikasikan di danau Rawapening dan juga sejumlah sungai yang ada di sekitarnya,” tegas Heru. (*)