UNGARAN (jatengtoday.com)–Pemerintah Desa (Pemdes) Asinan, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah membuat terobosan baru dalam mengangkat potensi UMKM yang ada di desanya. Bersama dengan kelompok sadar wisata (pokdarwis) desa setempat, Pemdes Asinan mengemas paket wisata wirausaha.
Tak hanya para pelaku berbagai jenis UMKM yang tersebar di wilayah Desa Asinan, keindahan panorama alam tepi danau Rawapening menjadi destinasi yang ditawarkan dalam paket wisata wirausaha ini. Karena wilayah Desa Asinan berbatasan langsung dengan danau alam tersebut.
“Jadi, kami menawarkan paket wisata edukasi berbasis wirausaha (UMKM) dengan danau Rawapening sebagai daya tarik utamanya,” ungkap Sekretaris Desa (Sekdes) Asinan, Wahyu Kusumadewi, saat dikonfirmasi di Dusun Sumurup, Desa Asinan, Minggu (03/11/2024).
Dengan paket ini, ungkap Dewi, pengunjung bisa menikmati paket wisata wirausaha atau entrepreneurship. Mulai dari kunjungan ke tempat pembuatan perahu, pembuatan pupuk kompos, produksi kerupuk genjer dan lainnya yang semuanya bagian dari kearifan lokal danau Rawapening.
Paket wisata wirausaha ini, lanjutnya, ternyata mendapat sambutan positif dari masyarakat, khususnya kalangan sekolah dan kampus. “Seperti kali ini, kami sedang menerima kunjungan paket wisata wirausaha rombongan mahasiswa STIEPARI Semarang,” tambahnya kepada awak media.
Dewi juga menjelaskan, dalam paket wisata ini, rombongan mengawali kegiatan dengan paparan prngenalan terkait dengan kondisi Desa Asinan dan beragam potensi yang ada, baik potensi sumber daya alam, perekonomian hingga berbahai potensi wisata.
Mengawali visitasi, kunjungan pertama rombongan diajak melihat kerajinan pembuatan perahu tradisional khas Rawapening, di Dusun Sumurup. Saat ini pembuat perahu tradisional di Asinan tinggal dua tempat yang masih bertahan dan masih berproduksi.
Pangsa pasarnya nelayan dan pemilik jasa persewaan perahu yang ada di 14 desa, di sekitar danau Rawapening. “Di sisni, peserta kunjungan tidak hanya belajar atau turut mencoba membuat perahu, pengunjung juga akan mendapat pengetahuan dan berbagai informasi seputar perahu di danau Rawapening ini,” kata Dewi.
Dari pembuatan perahu tradisional, pengunjung diajak ke pembuatan kompos, yang merupakan pupuk organik dengan bahan dasar eceng gondok atau gulma air yang ada di danau Rawapening. Mereka akan mendapatkan pengetahuan dan ptoses pembuatan hingga menjadi kompos yang sudah siap dijual.
Kunjungan berikutnya, adalah melihat ke UMKM pembuatan kerupuk genjer, sejenis tanaman air yang banyak tumbuh liar di pinggiran danau Rawapening. Oleh warga di Dusun Baan, Krajan, dan Sumurup diolah menjadi kerupuk yang memiliki nilai ekonomis lebih.
Selain memiliki citarasa yang khas, kerupuk genjer ini juga memiliki kandungan gizi yang tinggi. Menutup kegiatan para pengunjung akan menikmati tour danau Rawapening dengan perahu motor, sebelum akhirnya menyantap hidangan makan siang dengan sajian ikan bakar dan lobster air tawar bakar khas Rawapening.
“Meski hanya setengah hari beraktivitas, para peserta wisata edukasi wirausaha ini akan mendapatkan pengalaman yang selama ini –mungkin– belum pernah didapatkan di tempat- tempat lain, selain di Desa Asinan ini,” tambah Dewi.
Setidaknya ini diungkapkan oleh Setiamanibulolo, salah seorang mahasiswa peserta paket wisata wirausaha yang dikonfirmasi terpisah. Baginya, ini menjadi pengalaman baru dan juga sangat menarik karena bisa mendapatkan banyak informasi seputar kegiatan usaha masyarakat di sekitar danau Rawapening.
Ia bahkan mengaku, paling menyenangkan saat diberi kesempatan untuk ikut mencoba melakukan pekerjaan dalam proses pembuatan perahu. “Sepertinya terlihat gampang dan sederhana, tapi ternyata susah juga saat melakukan sendiri,” ungkapnya.
Di luar itu, lanjut mahasiswa asal Nias, Provinsi Sumatera Utara ini, ia juga banyak mendapatkan banyak pengetahuan tentang kawasan danau Rawapening. “Baik tentang kondisi sosial masyarakatnya, keseharian dan berbagai sumber mata pencaharian yang selama ini menjadi menghidupi masyarakat di Desa Asinan ini,” tambahnya.
Sementara Eko Diyantoro (45), perajin perahu di Dusun Sumurup mengungkapkan, wisatawan yang berkunjung ke sentra pembuatan perahu akan mendapatkan pengalaman baru karena prosesnya yang serba manual dan masih tradisional, baik dari teknik pengerjaan maupun peralatannya.
Peralatan kerja tradisional yang dimaksud antara lain meliputi unduk atau pasah, gergaji kayu, banci, bor manual. “Tak hanya melihat prosesnya, wisatawan juga kita beri kesempatan untuk ikut mencoba melakukan pekerjaan yang sudah biasa saya kerjakan, sehingga setelah berkunjung mereka juga akan memiliki kesan atas pengalamannya tersebut,” tambah Eko. (*)