KUDUS (jatengtoday.com) – Hujan dengan intensitas tinggi mengakibatkan debit air di Sungai Piji dan Mrisen, Kabupaten Kudus meluap hingga merendam permukiman warga. Sedikitnya 200 unit rumah di wilayah Mejobo yang tergenang banjir.
“Sekitar 200 unit rumah yang tergenang banjir tersebar di Desa Golantepus di RW 2 yang kebetulan daerahnya memang dataran rendah dan diapit dua sungai, yakni Sungai Piji dan Mrisen,” kata Camat Mejobo Aan Fitriyanto, Kamis (20/1/2022).
Menurut Aan, kedua sungai tersebut mengalami sedimentasi yang parah, sehingga saat curah hujan tinggi yang terjadi pada Rabu (19/1) malam hingga hari ini kedua sungai tersebut tidak mampu menampung airnya dan melimpas ke permukiman.
Ketinggian genangan di masing-masing rumah warga bervariasi antara 30-40 sentimeter pada saat mulai terjadi banjir pada Kamis (20/1) dini hari, sedangkan pukul 08.30 WIB hasil pantauan di lapangan genangan mulai berkurang.
Selain terjadi di Desa Golantepus, banjir juga melanda Desa Mejobo, meskipun tidak begitu luas karena lokasinya yang berada di dataran rendah, sehingga setiap curah hujan tinggi sering tergenang banjir.
Rumah warga yang berada di dataran rendah tergenang cukup parah, di antaranya rumah milik Sukarno warga Desa Golantepus RT 3 RW 2 mengalami genangan air di dalam rumah hingga ketinggian 50 cm.
Akses jalan perkampungan di Desa Golantepus maupun Mejobo juga tergenang dengan ketinggian bervariasi. Beberapa di antaranya tidak bisa dilalui kendaraan bermotor, karena cukup dalam. Namun, sebagian lainnya masih bisa dilalui kendaraan bermotor.
Dua Rumah Rusak
Hujan juga mengakibatkan bencana tanah longsor di dua desa di Kecamatan Gebog dan Dawe. Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kudus Budi Waluyo di Kudus, bencana tanah longsor yang pertama terjadi di Desa Colo pada Rabu (19/1) pukul 23.20 WIB yang mengakibatkan rumah warga setempat mengalami kerusakan.
Rumah warga bernama Harto tersebut, kata dia, kebetulan berada di bawah tebing tinggi, setelah terjadi hujan dengan intensitas yang tinggi tebing tersebut mengalami longsor setinggi 5 meteran dengan lebar 5 meteran.
Akibat kejadian tersebut, tembok bagian belakang rumah warga tersebut mengalami jebol sepanjang 4 meter dan tinggi 2 meteran karena tidak kuat menahan material longsor.
Kasus serupa juga terjadi di Desa Menawan, Kecamatan Gebog, pada Kamis (20/1) dini hari dan mengakibatkan rumah milik Sutir mengalami kerusakan di bagian atapnya karena tertimpa material longsor.
Bencana tanah longsor di dua desa tersebut, terjadi setelah hujan lebat yang terjadi sejak Rabu (19/1) sore sehingga mengakibatkan tanah yang mengandung air menjadi jenuh kemudian mengalami longsor.
Untuk korban jiwa, kata dia, nihil, sedangkan nilai kerugian akibat peristiwa tersebut ditaksir mencapai Rp4 jutaan.
Berdasarkan peta rawan bencana, untuk daerah rawan bencana tanah longsor tersebar di 13 desa, meliputi Desa Rahtawu, Menawan, Jurang, dan Kedungsari (Kecamatan Gebog), Desa Terban (Kecamatan Jekulo), serta Desa Soco, Ternadi, Japan, Kuwukan, Puyoh, Colo, Dukuh Waringin, dan Cranggang (Kecamatan Dawe). (ant)