SEMARANG (jatengtoday.com) – Kabar baik kembali datang dari Kota Semarang. Tiga pasien positif Covid-19 yang semula diisolasi di Rumah Dinas Wali Kota akhirnya dinyatakan sembuh dan boleh pulang.
Salah satunya adalah wanita berumur 53 tahun. Inisial namanya CR. Sengaja dia meminta agar nama lengkapnya tidak diberitahukan ke publik, karena ia masih khawatir akan stigma di masyarakat.
Dia sempat bercerita panjang lebar soal musibah yang tak pernah dia dan orang lain harapkan. Bahkan, CR kadang masih heran kenapa hasil tes swab menyatakan dirinya positif Covid-19.
“Saya itu dari awal tidak punya gejala apa-apa. Tidak flu, tidak batuk, tidak demam, tidak sakit tenggorokan, tidak sesak. Makanya sebenarnya saya kaget kok jadi positif,” ucapnya saat ditemui di Rumdin Wali Kota, Selasa (5/5/2020).
Sampai akhirnya kuat dugaan bahwa dia tertular Covid-19 lantaran sering ke rumah sakit. Belum lama ini CR menjalani opname di RS. Pasca itu, dia bolak-balik untuk kontrol.
“Waktu itu dokter menyarankan untuk tes swab di RSUP Dr Kariadi, karena saat cek darah limfosit saya turun. Setelah dites dua kali, nunggu seminggu, ternyata hasilnya positif,” terangnya.
Karena tak memiliki gejala Covid-19, CR disarankan untuk melakukan isolasi mandiri di rumahnya. Namun, dia sendiri yang menolak karena khawatir menular ke anaknya. Sampai akhirnya dirujuk untuk isolasi di Rumdin Wali Kota pada 16 April lalu.
Masa-masa Isolasi
Ketika masuk tempat isolasi, CR sempat ternganga. Sebab rumah isolasi ternyata tidak seseram yang kerap diberitakan di media. Tempat dan kegiatan di dalamnya membuatnya nyaman.
“Di sini itu jauh dari kata seram. Justru saya masuk sini hati saya jadi tambah besar. Karena saya melihat banyak teman yang senasib,” ungkapnya.
Menurutnya, semangat yang besar itu membuatnya lebih tabah. Apalagi bagi orang seperti dia yang sedang melawan penyakit mematikan, meskipun CR sendiri tidak merasakan sakit yang berarti.
“Satu hal yang kadang tak kuasa ditahan. Keluarga. Kangen kumpul bareng. Ketemu cucu. Kalau di sini kan paling bisanya hanya video call, tapi itu hanya ngobati sedikit rasa kangen,” imbuh CR.
Beruntung dia tipe orang yang tak mudah mengeluh. Masa-masa kerinduan itu pun akhirnya diisi dengan kegiatan-kegiatan sederhana.
Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Semarang, Rahma Defi pernah mendapat laporan bahwa pasien CR ini kerap bersih-bersih kamar mandi dan WC.
CR pun tak menyangka ternyata kegiatannya diawasi. “Tak pikir nggak ada yang tahu. Saya ini memang kebiasaan, senang bersih-bersih, nggak takut kotor,” timpalnya.
Olahraga Pagi dan Nyanyi
Akhirnya, dia bersyukur karena pada tanggal 5 Mei ini dinyatakan sembuh dan boleh pulang bersama dua pasien lain yang tadinya positif Covid-19 dan dua orang berstatus Pasien dalam Pengawasan (PDP).
CR berharap agar rekan-rekannya yang hasil tes swab-nya belum negatif supaya jangan berkecil hati. “Semangat, percaya saja, pasti akan sembuh. Pokoknya jangan sampai putus asa,” pesannya.
Dia yakin bahwa kesembuhannya ini tidak terlepas dari jerih payahnya selama di tempat isolasi.
Setiap pagi, CR keluar lebih awal di banding pasien yang lain. Olahraga. “Sekitar jam setengah 5 itu senam, karena udara pagi kan masih bersih. Tapi beberapa kali juga ikut senam bersama, berjemur bersama. Itu sangat bagus,” bebernya.
Selama isolasi CR juga memperbanyak minum air putih hangat, makan-makanan yang bergizi. Di tempat itu, katanya, makannya bagus, menunjang proses pemulihan.
Kemudian, jangan lupa berdoa. “Kita punya Tuhan. Tuhan yang memberi (penyakit) pasti Tuhan punya solusi. Dan Tuhan pasti punya maksud lain dari semua ini,” katanya. (*)
editor: ricky fitriyanto