SEMARANG (jatengtoday.com) — Kontestasi pemilihan Ketua Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI Jawa Tengah mulai memanas. Pergerakan salah satu bakal calon yang juga anggota Exco PSSI, Kairul Anwar menjadi sorotan setelah beredar foto kebersamaannya dengan sosok yang diduga Johar Lin Eng (JLE).
Keduanya dilaporkan melakukan kunjungan ke sejumlah Askab dan Askot di Jawa Tengah, termasuk ke Kabupaten Semarang pada 26 November 2025. JLE sendiri merupakan mantan Ketua PSSI Jateng yang pernah tersangkut kasus pengaturan skor atau match fixing.
Agung Prasetyo, Askab PSSI Pati mengatakan, kemunculan figur yang pernah menjadi simbol skandal pengaturan skor dianggap bertolak belakang dengan semangat reformasi sepak bola Indonesia.
“Kehadirannya kembali di ruang politik sepak bola, meski tidak dalam kapasitas struktural dipertanyakan banyak pihak,” kata Agung Prasetyo, Kamis (27/11/2025).
Pada 2018, Johar Lin Eng yang juga mantan anggota Exco PSSI Pusat terseret dalam kasus match-fixing yang diusut Satgas Anti-Mafia Bola. Atas keterlibatannya, Komdis PSSI menjatuhkan hukuman larangan aktivitas sepak bola seumur hidup, baik formal maupun non-formal.
Agung menambahkan, kebersamaan Kairul Anwar dan JLE dikhawatirkan akan menimbulkan isu liar yang beredar di masyarakat, khususnya pecinta sepak bola Jawa Tengah.
“Safari politik yang dilakukannya bersama Johar Lin Eng menimbulkan tafsir beragam, mulai dari strategi konsolidasi hingga dugaan adanya “bayang-bayang” kekuatan lama yang mencoba kembali mengambil peran,” tutur Agung.
Kairul Anwar merupakan anggota Exco PSSI pusat periode 2023–2027 dan mantan bagian dari Komdis PSSI. Dalam dinamika pemilihan Asprov Jateng mendatang, Kairul disebut-sebut sebagai salah satu kandidat kuat Ketua Asprov.
Kemunculan Johar di tengah proses politik sepak bola Jawa Tengah memunculkan sejumlah kekhawatiran. Di antaranya erosi kepercayaan publik.
Mencoreng Komitmen Integritas
Banyak pegiat sepak bola menilai bahwa tampilnya sosok dengan hukuman seumur hidup dapat mencoreng komitmen integritas yang digaungkan federasi.
“Situasi ini dinilai ironis, terutama di tengah kampanye besar PSSI sejak era Erick Thohir yang menekankan anti-match fixing dan pemutusan mafia bola,” Agung Prasetyo menegaskan.
Sementara, Muhlisin, Exco Askab PSSI Kendal mengemukakan, kehadiran Johar Lin Eng menimbulkan pertanyaan publik.
“Apakah keberadaan Johar Lin Eng dalam safari politik ini tidak melanggar keputusan Komdis PSSI yang menjatuhkan hukuman permanen,” tutur Muhlisin.
Selanjutnya, apakah ada mekanisme integritas untuk memastikan calon Ketua Asprov bebas dari pengaruh pihak yang telah dijatuhi hukuman?
“Bagaimana konsistensi PSSI terhadap kampanye reformasi dan pemberantasan mafia bola? Akankah pemilih di tingkat Askab/Askot mempertimbangkan aspek integritas, atau kembali terpengaruh jejaring kekuasaan lama?,” ucap Muhlisin. (*)
