SEMARANG (jatengtoday.com) – Sebagai Kota Metropolitan, Semarang kian kehilangan lahan untuk pertanian. Tetapi saat ini sedang terus dikembangkan konsep urban farming. Meski hidup di tengah perkotaan dan permukiman padat, masyarakat bisa memulai bertani di Kota Metropolitan.
Urban farming sendiri merupakan konsep memindahkan pertanian konvensional ke pertanian perkotaan dengan media tanam berbeda. Pertanian konvensional lebih berorientasi hasil produksi. Sedangkan urban farming lebih mengajak dan menumbuhkan karakter masyarakat urban untuk menjalani gaya hidup sehat dengan budidaya tanaman.
Saat ini, di Kota Semarang banyak dikembangkan konsep urban farming ini di sejumlah kelurahan dengan membentuk kelompok tani maupun Kelompok Wanita Tani (KWT). Mereka mendesain tata ruang permukiman agar bidang pertanian tetap lestari di tengah perkotaan baik menggunakan metode akuaponik maupun hidroponik.
Salah satunya adalah Kelompok Tani Dewaruci yang berkantor di Jalan Beruang Raya VII Nomor 29 RT 06 RW 2, Gayamsari, Kota Semarang. Berbagai macam tanaman seperti lombok, terong, sawi, kangkung, seledri, tomat, cabai rawit, cabai merah, bayam dan beraneka ragam sayur mayur lain, dikelola oleh KWT dengan memanfaatkan lahan sempit.
“Kami melihat pertanian di perkotaan perlu disupport. Khususnya pemberdayakan perempuan atau ibu rumah tangga agar memiliki kegiatan produktif,” kata anggota Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Juliari P Batubara saat melakukan kunjungan kerja di KWT Gayamsari, Kota Semarang, Jumat (7/12/2018).
Dengan mengembangkan kegiatan produktif, kata dia, para ibu rumah tangga turut berkontribusi dalam meningkatkan perekonomian keluarga. “Kami sebagai wakil rakyat memiliki tugas mensupport program pemerintah yang ada. Seperti halnya kali ini penyaluran bantuan benih maupun alat pertanian dari Kementerian Pertanian,” katanya.
Untuk pembinaan dan pendampingan menjadi kewenangan Dinas Pertanian Kota Semarang. “Kali ini ada bibit timun, cabai dan jagung. Kelompok perempuan harus terus didorong agar melakukan kegiatan produktif,” katanya.
Minimnya lahan pertanian di setiap perkotaan, lanjutnya, harus dilakukan upaya terobosan agar aktivitas pertanian tetap bisa dilakukan. Sebab, dengan aktivitas pertanian menumbuhkan karakter masyarakat urban untuk menjalani gaya hidup sehat dengan budidaya tanaman.
“Kalau mereka mendapatkan tambahan penghasilan untuk keluarga kan bagus. Kesejahteraan keluarga bisa meningkat,” katanya. (*)
editor : ricky fitriyanto