SEMARANG (jatengtoday.com) – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Jateng menyiapkan sejumlah skenario penerapan new normal di lingkungan sekolah. Kesiapan yang matang diperlukan mengingat jumlah peserta didik dalam satu kelas cukup banyak. Bahkan tempat duduknya relatif dekat.
Kepala Disdikbud Jateng, Jumeri menuturkan, skenario ini harus sudah siap sebelum memasuki semester baru, pertengahan Juli 2020 mendatang. Pihaknya mengaku tetap berkiblat pada protokol kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah pusat.
“Harus sangat hati-hati karena jumlah siswa SMA di Jateng saja ada sekitar 16 juta,” ucapnya, Kamis (28/5/2020).
Banyak faktor yang harus diperhatikan dalam menyusun new normal di lingkungan sekolah. “Seperti dari sisi infrastruktur. Saat ini kami susun road map, apakah terkait tempat cuci tangan, kamar mandi atau lingkungannya. Kalau belum, kami akan siapkan selama masa liburan ini (12 Juni-12 Juli 2020),” imbuhnya.
Selain kesiapan sekolah, Jumeri menuturkan skema waktu pembelajaran murid. Ia menyatakan, keadaan tersebut sangat bergantung pada sebaran Covid-19 di masa mendatang. Berbagai skenario akan dipersiapkan berdasarkan kondisi epidemiologis yang ditentukan oleh Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19.
Selain itu, pihaknya akan memperhatikan kondisi daerah di Jateng, apakah pada wilayah tersebut termasuk episentrum penyebaran atau bukan. Sehingga, antara satu kabupaten atau kota di Jateng, kebijakan new normal bisa kasuistik.
“Apakah nanti masuk sekaligus atau bergelombang, kita akan ikuti dan taati dinamika GTTP, yang pasti mempertimbangkan epidemiologi penyakit. Penyebaran kasus di daerah juga jadi pertimbangan, apakah nanti bisa penuh, setengah kelas, sepertiga kelas, setiap hari atau dalam seminggu hanya masuk dua hari,” paparnya.
Selama kurun waktu satu setengah bulan, lanjutnya, pihaknya juga akan melakukan simulasi new normal di sekolah-sekolah yang akan dijadikan acuan penerapan new normal. Sehingga, jika jadi diterapkan, guru dan murid tidak gagap.
“Sekolah dan cabang pendidikan di daerah juga harus berkomunikasi dengan pemerintah daerah terkait kondisi pandemi di wilayah. Yang jadi perhatian kami juga sekolah asrama, di mana satu kamar ada empat sampai enam siswa,” tandasnya. (sir)
editor: ricky fitriyanto