SEMARANG (jatengtoday.com) – Pasca rob dan banjir di wilayah Kaligawe, Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Semarang berencana melakukan sterilisasi lahan di sepanjang bantaran sungai.
Pasalnya, berdasarkan hasil identifikasi yang telah dilakukan, meluapnya Sungai Banjir Kanal Timur (BKT) diakibatkan banyaknya tumpukan sampah yang di buang warga, utamanya oleh mereka yang berada di bantaran sungai.
Rencananya, tahun 2019 mendatang, pihak DPU akan meminta konsultan untuk mengidentifikasi berapa rumah di bantaran yang akan dibebaskan.
Selain di bantaran BKT, sterilisasi lahan akan dilakukan di bantaran Sungai Tenggang. Pantauan di lapangan, sepanjang bantaran Sungai Tenggang memang dipenuhi bangunan rumah warga yang tidak memiliki surat tanah.
Sarno (38) warga Kampung Tenggang, Kelurahan Tambakrejo RT 1 RW VIII, Kota Semarang, mengaku khawatir jika proyek sterilisasi bantaran sungai benar dilaksanakan. Pasalnya, rumahnya yang berada di pinggir Sungai Tenggang tidak memiliki surat tanah.
“Ya khawatir, soalnya rumah-rumah di sini kebanyakan memang tidak punya surat resmi,” ujarnya, Jumat (14/12/2018).
Sebenarnya Sarno rela saja rumahnya digusur, asalkan ada ganti rugi yang jelas. Sayangnya, dari proyek normalisasi sungai yang kini sedang berlangsung saja dirinya belum mendapat uang ganti. Padahal, sebagian dari rumahnya sudah digusur untuk membuat jalan di pinggiran Sungai Tenggang.
“Silakan saja digusur kalau memang ini demi kebaikan bersama. Tapi ya itu, harapan saya ya ada ganti ruginya. Kasihan kami orang kecil, kalau digusur terus tidak ada ganti ruginya, kami mau tinggal di mana,” imbuhnya.
Warga lain, Surahman (43) yang tinggal di seberang sungai, tepatnya di Kampung Tenggang RT 5 RW VII, juga merasa khawatir ketika mendapat kabar tentang sterilisasi bantaran sungai. Padahal rumahnya jelas memiliki surat tanah.
Dia bahkan berharap rencana itu urung dilakukan. “Semoga saja tidak jadi ya. Soalnya kalau digusur, meskipun ada ganti rugi, nanti sulit nyari tempat lagi. Kalaupun ada, di kota kan mahal-mahal, nanti ganti ruginya ngga cukup buat beli lagi,” ungkapnya. (*)
editor : ricky fitriyanto