in

Alasan Pengunjung Tak Mau Gunakan JPO Sky Bridge Pandanaran

SEMARANG (jatengtoday.com) – Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) atau Sky Bridge Pandanaran yang dibangun megah ternyata belum banyak dimanfaatkan pengunjung di pusat oleh-oleh Jalan Pandanaran Semarang. Para pengunjung yang belanja di pusat oleh-oleh Pandanaran cenderung memilih tidak menggunakan jembatan tersebut karena berbagai alasan.

Akibatnya, sejak diresmikan pada Januari 2020 silam, hingga saat ini Sky Bridge Pandanaran itu belum berfungsi maksimal. Rata-rata pengunjung mengaku tidak mau memarkirkan kendaraannya di gedung parkir atau gedung Dinas Kesehatan Kota Semarang. Selain alasan jauh, fasilitas yang disediakan dinilai belum memudahkan pengunjung.

“Secara estetik, bangunan ini bagus. Tapi secara fungsi belum memudahkan pengunjung,” kata salah satu pengunjung pusat oleh-oleh Pandanaran, Nurul Aini (35), Rabu (17/3/2021).

Dikatakannya, pengunjung harus memasuki gedung DKK tersebut untuk memarkirkan kendaraan. Setelah itu, pengunjung harus turun. “Apalagi lift untuk turun hingga saat ini tidak diaktifkan. Maka terpaksa pengunjung harus berputar menuju tangga manual. Ini cukup merepotkan,” katanya.

Tetapi kalau tujuannya memang refreshing di jembatan tersebut, menurut dia tidak masalah. “Kalau keperluannya hanya ingin beli oleh-oleh bandeng misalnya, penginnya cepat-cepat karena memang diburu waktu. Maka terpaksa memarkir motor di pinggir jalan saja (bukan di gedung parkir),” katanya.

Anggota Komisi C DPRD Kota Semarang, Joko Santoso, mengakui hingga saat ini operasional Sky Bridge Pandanaran ini belum optimal. Hal itu bisa dilihat hampir setiap hari Sky Bridge Pandanaran selalu sepi. “Apalagi masih dalam suasana Pandemi Covid-19. Jumlah pengunjung di pusat oleh-oleh Pandanaran juga berkurang dibandingkan kondisi normal sebelum pandemi,” katanya.

Namun demikian, pihaknya meminta Pemkot Semarang untuk kembali menata agar Sky Bridge Pandanaran bisa berfungsi maksimal.

“Misalnya di depan pusat oleh-oleh Pandanaran diberi pembatas, supaya mobil maupun kendaraan roda dua, tidak bisa berhenti di tepi jalan maupun memarkir di depan toko -toko tersebut,” katanya.

Sebab, pengunjung cenderung tidak mau memarkirkan kendaraan  gedung parkir yang telah disediakan. Selain itu, petugas Dishub seharusnya disiagakan di wilayah tersebut untuk mengatur dan mengarahkan pengunjung. “Kalau tidak ditata dan diatur, maka pengunjung tetap memilih parkir di tepi jalan. Itu yang kemudian menyebabkan kemacetan,” bebernya.

BACA JUGA: Pembangunan Gedung Parkir Pandanaran, Dewan Apresiasi, Pengamat Transportasi Beri Kritik Pedas

Ia sepakat, akses untuk menuju gedung parkir seharusnya dipermudah agar tidak menyulitkan pengunjung. Misalnya akses jalan harus lebar, petunjuk arah dan lain-lain harus dilengkapi. “Semua lift harus bisa difungsikan dengan baik agar bisa dimanfaatkan masyarakat. Kalau lift dimatikan, lantas pengunjung mau lewat mana?” imbuh dia mempertanyakan.

BACA JUGA: Pengunjung Pusat Oleh-oleh Enggan Masuk Gedung Parkir Pandanaran

Kalau warga normal saja merasa kesulitan, apalagi difabel. “Gedung parkir tersebut dibangun dengan tujuan untuk mengurangi kemacetan di wilayah tersebut. Pengunjung di pusat oleh-oleh harus ditata untuk bisa masuk ke gedung parkir, penataannya harus memudahkan pengunjung,” katanya. (*)

 

editor: ricky fitriyanto