SEMARANG (jatengtoday.com) – Kanker tergolong sel mematikan karena jika tidak segera ditangani, bisa berakibat kematian. Karena itu, kanker perlu dideteksi sedini mungkin. Konsultan senior yang memiliki minat khusus pada kanker payudara dan ginekologi di Parkway Cancer Centre, Dr Wong Chiung Ing membeberkan tanda-tanda gejala kanker.
Jumlah pengidap kanker di Indonesia cukup banyak. Negara ini menempati urutan ke-8 dunia dengan penderita kanker terbanyak. Dari laporan WHO melalui Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (The International Agency for Research on Cancer/IARC) yang terbit Desember 2020, jumlah penderita baru di Indonesia mencapai hampir 400.000 kasus selama 2020; dan 54 persen kasus terjadi pada perempuan.
Baca: Pandemi Corona Rentan Picu Kasus Putus Sekolah hingga Perkawinan Anak
Kanker payudara, mulut rahim (serviks), dan rahim (ovarium) merupakan jenis kanker tertinggi yang banyak menimpa perempuan. Sementara pada pria kebanyakan terjadi kasus kanker paru-paru, hati, dan usus besar (kolorektal).
Dengan tingkat kematian mencapai 59 persen, sangatlah penting untuk mengetahui seluk beluk tentang kanker, penyebab, tanda kemunculan dan gejala, serta bentuk pengobatannya.
Baca: Sepanjang 2020, Denda dan Uang Pengganti Putusan MA Capai Rp 5,6 Triliun
Dr Wong menjelaskan, hingga saat ini belum ditemukan secara pasti apa penyebab utama kanker. Terjadinya kanker dikaitkan dengan berbagai alasan mulai dari profil genetik individu hingga kebiasaan gaya hidup seperti merokok.
Dengan demikian, mengenali tanda dan gejala serta diagnosis yang tepat sejak dini dapat membuat perbedaan yang signifikan dalam penanganan kanker.
Baca: Tak Rasakan Efek Usai Divaksin, Ma’ruf Amin Ajak Lansia Ikut Vaksinasi Covid-19
Kanker payudara masih mendominasi kasus kanker di Indonesia dengan mengambil porsi 20 persen dari kasus yang menyerang wanita. Karena itu, dia menilai wanita perlu dididik tentang tanda dan gejala kanker payudara.
Dr Wong kemudian membeberkan tanda-tanda dan gejala kanker. Jika ada yang merasa mengalami gejalanya, diminta segera konsultasi dengan dokter.
Baca: Bulan Depan, Polri akan Resmikan ETLE Tahap Pertama di 10 Polda
“Beberapa di antaranya termasuk benjolan di payudara, inversi puting susu, atau perubahan kulit yang tidak normal. Sebagian besar kanker payudara ditemukan saat masih terlokalisasi di payudara dan di kelenjar getah bening di ketiak pada sisi yang sama,” terangnya dalam diskusi virtual, Rabu (17/2/2021).
“Kanker payudara pada fase lebih dini dapat diobati secara efektif dan berpotensi dapat disembuhkan dengan operasi, kemoterapi, terapi hormonal, terapi bertarget, dan radioterapi,” imbuhnya.
Baca: Shell Cari Mitra Bisnis untuk Kelola SPBU di Surabaya dan Medan, Siapkan Modal Segini
Penyebab Kanker Serviks
Di sisi lain, kanker serviks disebabkan oleh Human Papillomavirus (HPV) dan terjadi di jaringan serviks (organ yang menghubungkan rahim dan vagina).
Infeksi HPV yang didapat secara seksual sangat umum terjadi. Sementara 80 persen atau 90 persen infeksi bersifat sementara, sebagian kecil kasus dapat memicu pertumbuhan abnormal pada sel-sel lapisan dalam.
Baca: Jokowi Ingin Realisasi Vaksinasi Covid-19 Terus Meningkat
Sel-sel ini kemudian dapat berkembang menjadi prakanker, perubahan prainvasif yang disebut Cervical Intraepithelial Neoplasia (CIN) yang pada akhirnya dapat menyebabkan kanker invasif.
Tidak ada tanda atau gejala infeksi HPV, perubahan prakanker atau bahkan dalam beberapa kasus, dari beberapa kanker serviks stadium awal. Dalam banyak kasus, gejala dapat berkembang hanya ketika sel kanker mulai menyerang jaringan sekitarnya.
Baca: Jangan Sepelekan, Kenali 6 Gejala Kanker Lambung
Kabar baiknya adalah kanker serviks adalah salah satu kanker yang paling dapat dicegah dan diobati jika terdeteksi sejak dini.
“Skrining serviks secara teratur dapat mendeteksi sel prakanker atau kanker di serviks dan secara signifikan mengurangi risiko berkembangnya kanker serviks,” ucapnya.
Baca: Cerita Caroline, Pasien Kanker Payudara yang Dicover Asuransi hingga Rp 500 Juta
Vaksinasi HPV juga diketahui dapat mengurangi risiko kanker serviks secara signifikan pada wanita karena merangsang kekebalan terhadap jenis HPV tertentu penyebab kanker serviks.
Seperti kanker payudara, salah satu penyebab kanker ovarium yang diketahui adalah karena mutasi gen yang diturunkan. Kanker ovarium memiliki kejadian lebih tinggi pada wanita di atas usia 40 tahun.
Baca: Cegah Kanker Payudara, Dokter Onkologi Sarankan Langkah Ini
Wanita yang menjalani terapi hormonal setelah menopause, dan mereka yang melahirkan di atas usia 35 tahun juga berisiko lebih tinggi terkena kanker ovarium.
Meski kanker yang menyerang wanita terlihat sangat menakutkan, kemajuan teknologi medis dan pemahaman yang lebih baik tentang kanker telah memungkinkan dokter untuk menawarkan strategi pengobatan pasien yang dapat menghasilkan hasil klinis dan kualitas hidup yang lebih baik.
Baca: Sultan Sepuh Cirebon Wafat karena Kanker Usus
Semua itu bergantung pada gambaran klinis dari kanker mereka. Dokter mungkin merekomendasikan pendekatan pengobatan yang berbeda. (*)
editor: ricky fitriyanto